tulisanbucin

by : tulisanbucin

Aksa datang ke meja makan dengan membawa 2 piring penuh daging yang tadi sudah ia panggang.

“ayo makan” ucap Aksa setelah duduk di sebelah Kaina.

Semua masakan malam ini Aksa yang memasaknya. Aksa juga merapikan dan menyiapkan meja makan. Ia tidak memperbolehkan Kaina untuk membantunya.

Kaina masih memperhatikan Aksa yang justru mendekatkan kursinya dan merangkul pinggang Kaina. Dari samping, tatapannya juga hanya tertuju pada Kaina bukan ke makanan yang ada di hadapannya.

“aku tidak bisa makan jika kau seperti ini” Kaina berusaha menyingkirkan tangan Aksa yang merangkul pinggangnya, namun Aksa tak menghiraukannya dan justru meraih sendok Kaina dengan tangan kirinya. Sendok itu ia letakkan di tangan kanan Kaina.

“makanlah, aku ingin melihatmu makan terlebih dahulu”

Dengan ragu Kaina mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Awalnya terlihat pelan, namun semakin lama ia menyadari bahwa Aksa masih saja menatapnya secara lekat membuat Kaina mempercepat makannya.

Bahkan Kaina bisa menyuapkan 2 sendok nasi sekaligus ke dalam mulutnya dan hal itu justru membuat Aksa menjadi geram.

Sendok Kaina ia rampas dan dibuang kesembarang arah.

“jangan tergesa-gesa, aku tidak suka melihatmu makan seperti itu” ucap Aksa dengan dingin.

Setelah mengucapkan itu Aksa meraih sendok baru dan meletakkannya di hadapan Kaina.

“makan dengan pelan seperti anak yang baik, mengerti?”

Kaina yang sedikit takut dengan perubahan sikap Aksa hanya bisa menurutinya.

Sebenarnya makanan yang dibuat Aksa terlihat sangat nikmat, namun entah mengapa Kaina tidak bisa merasakan apapun. Ia seperti sedang makan dalam tekanan.

Cukup membutuhkan waktu sampai Kaina menghabiskan makanannya. Dan saat itu juga Aksa mulai meraih sendoknya.

“sekarang waktuku untuk makan” ucapnya sembari menyerahkan sendoknya di hadapan Kaina.

“kenapa kau memberikan sendokmu padaku?” tanya Kaina yang terlihat bingung.

“suapi aku”

“ha?”

“apa aku perlu mengulangi perkataanku lagi?”

“kau bahkan mempunyai 2 tangan dan masih berfungsi dengan baik”

Mendengar itu membuat Aksa mulai meraih pinggang Kaina kembali. Padahal sebelumnya sudah ia lepaskan setelah Kaina menyelesaikan makannya.

“tangan kananku tidak bisa memegang sendok untuk saat ini”

“tangan kirimu masih berfungsi dengan baik” balas Kaina.

Tangan kiri Aksa segera meraih ponsel di dalam sakunya.

“bagaimana ini, tangan kiriku sedang sibuk membalas oesan”

Dengan berat hati Kaina mulai menyuapi Aksa yang terlihat seperti bayi besar.

Senyuman terlukis di bibir Aksa setelah menerima suapan dari Kaina.

“kenapa makanan ini jadi terasa nikmat jika kamu yang menyuapiku”

Kaina tak membalas ucapan Aksa dan kembali menyuapi Aksa, namun sebuah pikiran terbesit di kepalanya.

Aksa mengatakan bahwa makanan terasa nikmat jika di suapi oleh Kaina, lalu apakah Aksa masih bisa mengatakan nikmat, jika Kaina hanya menyuapkan nasi dengan sambal?

Aksa tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Kaina saat ini, ia hanya dengan senang hati menerima suapan yang diberikan oleh Kaina.

Aksa masih bisa tersenyum, bahkan senyuman itu jadi terlihat menyeramkan di mata Kaina.

Kaina tau Aksa pasti merasakan rasa pedas pada suapan yang ia berikan ini, namun mengapa ia malah tersenyum seperti itu?

Prank

Mangkok berisi sambal itu sudah berceceran di lantai membuat Kaina terkejut dibuatnya.

“kenapa diam?” tegur Aksa yang melihat Kaina tidak segera menyuapkan makanannya kembali.

Dengan rasa takut Kaina menyuapi Aksa kembali.

Setelah makanan yang ada di piring Aksa habis, Kaina hendak membersihkan meja makan. Namun niatnya itu dicegah oleh Aksa.

“aku belum selesai makan”

“mau tambah nasi?” tanya Kaina.

“iya, tambahkan nasi yang banyak. Entah mengapa malam ini aku merasa sanga lapar”

Dan lagi, Kaina hanya bisa mengikuti kemauan Aksa yang sangat tidak bisa di bantah ini.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Arjun, sisi itu tidak bertahan lama.

by : tulisanbucin

Aksa datang ke meja makan dengan membawa 2 piring penuh daging yang tadi sudah ia panggang.

“ayo makan” ucap Aksa setelah duduk di sebelah Kaina.

Semua masakan malam ini Aksa yang memasaknya. Aksa juga merapikan dan menyiapkan meja makan. Ia tidak memperbolehkan Kaina untuk membantunya.

Kaina masih memperhatikan Aksa yang justru mendekatkan kursinya dan merangkul pinggang Kaina. Dari samping, tatapannya juga hanya tertuju pada Kaina bukan ke makanan yang ada di hadapannya.

“aku tidak bisa makan jika kau seperti ini” Kaina berusaha menyingkirkan tangan Aksa yang merangkul pinggangnya, namun Aksa tak menghiraukannya dan justru meraih sendok Kaina dengan tangan kirinya. Sendok itu ia letakkan di tangan kanan Kaina.

“makanlah, aku ingin melihatmu makan terlebih dahulu”

Dengan ragu Kaina mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Awalnya terlihat pelan, namun semakin lama ia menyadari bahwa Aksa masih saja menatapnya secara lekat membuat Kaina mempercepat makannya.

Bahkan Kaina bisa menyuapkan 2 sendok nasi sekaligus ke dalam mulutnya dan hal itu justru membuat Aksa menjadi geram.

Sendok Kaina ia rampas dan dibuang kesembarang arah.

“jangan tergesa-gesa, aku tidak suka melihatmu makan seperti itu” ucap Aksa dengan dingin.

Setelah mengucapkan itu Aksa meraih sendok baru dan meletakkannya di hadapan Kaina.

“makan dengan pelan seperti anak yang baik, mengerti?”

Kaina yang sedikit takut dengan perubahan sikap Aksa hanya bisa menurutinya.

Sebenarnya makanan yang dibuat Aksa terlihat sangat nikmat, namun entah mengapa Kaina tidak bisa merasakan apapun. Ia seperti sedang makan dalam tekanan.

Cukup membutuhkan waktu sampai Kaina menghabiskan makanannya. Dan saat itu juga Aksa mulai meraih sendoknya.

“sekarang waktuku untuk makan” ucapnya sembari menyerahkan sendoknya di hadapan Kaina.

“kenapa kau memberikan sendokmu padaku?” tanya Kaina yang terlihat bingung.

“suapi aku”

“ha?”

*“apa aku perlu mengulangi perkataanku lagi?”

“kau bahkan mempunyai 2 tangan dan masih berfungsi dengan baik”

Mendengar itu membuat Aksa mulai meraih pinggang Kaina kembali. Padahal sebelumnya sudah ia lepaskan setelah Kaina menyelesaikan makannya.

“tangan kananku tidak bisa memegang sendok untuk saat ini”

“tangan kirimu masih berfungsi dengan baik” balas Kaina.

Tangan kiri Aksa segera meraih ponsel di dalam sakunya.

“bagaimana ini, tangan kiriku sedang sibuk membalas oesan”

Dengan berat hati Kaina mulai menyuapi Aksa yang terlihat seperti bayi besar.

Senyuman terlukis di bibir Aksa setelah menerima suapan dari Kaina.

“kenapa makanan ini jadi terasa nikmat jika kamu yang menyuapiku”

Kaina tak membalas ucapan Aksa dan kembali menyuapi Aksa, namun sebuah pikiran terbesit di kepalanya.

Aksa mengatakan bahwa makanan terasa nikmat jika di suapi oleh Kaina, lalu apakah Aksa masih bisa mengatakan nikmat, jika Kaina hanya menyuapkan nasi dengan sambal?

Aksa tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Kaina saat ini, ia hanya dengan senang hati menerima suapan yang diberikan oleh Kaina.

Aksa masih bisa tersenyum, bahkan senyuman itu jadi terlihat menyeramkan di mata Kaina.

Kaina tau Aksa pasti merasakan rasa pedas pada suapan yang ia berikan ini, namun mengapa ia malah tersenyum seperti itu?

Prank

Mangkok berisi sambal itu sudah berceceran di lantai membuat Kaina terkejut dibuatnya.

“kenapa diam?” tegur Aksa yang melihat Kaina tidak segera menyuapkan makanannya kembali.

Dengan rasa takut Kaina menyuapi Aksa kembali.

Setelah makanan yang ada di piring Aksa habis, Kaina hendak membersihkan meja makan. Namun niatnya itu dicegah oleh Aksa.

“aku belum selesai makan”

“mau tambah nasi?” tanya Kaina.

“iya, tambahkan nasi yang banyak. Entah mengapa malam ini aku merasa sanga lapar”

Dan lagi, Kaina hanya bisa mengikuti kemauan Aksa yang sangat tidak bisa di bantah ini.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Arjun, sisi itu tidak bertahan lama.

by : tulisanbucin

Saat kaina membuka bilik pintu, sudah ada Aksa yang berdiri di hadapannya dengan melipat kedua tangannya di dada.

“pergi tanpa berpamitan?” ucap Aksa yang masih terdengar sangat tenang.

“bagaimana bisa kau ada disini, ini ruang ganti perempuan”

“bisa saja, tidak ada tempat yang tidak bisa aku datangi”

Kaina mencoba menghiraukan Aksa dan memilih untuk keluar dari ruang ganti.

Namun pintu ruangannya malah terkunci.

“mencari ini?” bisik Aksa tepat di telinga Kaina sembari menunjukkan sebuah kunci yang ada di genggamannya.

Kaina berbalik badan dan mencoba menatap Aksa dengan tenang.

“kau sudah menghabiskan sarapanmu?” Kaina mencoba mengalihkan pembicaraan.

“bagaimana bisa aku memakan sarapanku sendirian? Seharusnya ada kamu disana dan menemaniku”

Melihat Kaina tidak membalas ucapannya membuat Aksa tersenyum sinis.

“bukankah seharusnya kita pergi berdua hari ini?” pertanyaan yang langsung membuat Kaina menjadi bungkam.

“aku bahkan belum sempat mengalahkan teman bodohmu itu”

“Aksa cukup, urusanmu denganku bukan dengan Juan”

Kaina berusaha meraih kunci yang ada digenggaman Aksa, dengan cepat Aksa menarik tangan Kaina yang berusaha meraih kuncinya.

“bagaimana cara agar membuat orang bodoh itu pergi dari hidupmu?”


Kaina datang bersama Aksa menghampiri Juan yang berada di atas tribun.

“kenapa dia disini Na?” tanya Juan.

“Kaina akan pulang bersamaku” ucap Aksa yang melihat Juan tengah menuntut jawaban dari Kaina.

“Kaina pergi sama gue, berarti dia juga harus pulang sama gue” balas Juan.

“aku sudah memiliki janji dengan Kaina” balas Aksa kembali.

“itu urusan lo nanti. Lo boleh ngajak Kaina pergi setelah gue pulangin Kaina ke apartemennya” final Juan sembari melepaskan gandengan Aksa pada Kaina.

by : tulisanbucin

Tidak ada percakapan sama sekali selama diperjalanan pulang. Setelah Aksa yang tiba-tiba datang menjemput Kaina, membuat Kaina tidak enak hati dengan keluarga Juan. Apalagi hari ini bertepatan dengan ulang tahun bundanya Juan.

Aksa masih mengikuti Kaina yang masuk ke dalam lift. Di dalam lift Aksa hanya menatap Kaina yang nampak masih memikirkan makan malamnya tadi.

“singkirkan kakimu” ucap Kaina ketika Aksa berhasil menghalangi pintu Kaina yang akan tertutup dengan kakinya.

Setelah keluar dari lift tadi Kaina memang sudah terburu-buru untuk masuk kedalam apartemennya.

Aksa tidak mendengarkan perkataan Kaina dan justru masuk ke dalam apartemen Kaina, tidak lupa meletakkan sepatunya di atas rak.

Kaina mengikuti Aksa yang pergi ke kamar mandi dan malah mencuci tangan disana.

“cuci tangan dulu jika baru sampai rumah”

Setelah mengatakan itu Aksa melepas jasnya dan merebahkan tubuhnya di kasur Kaina.

“Aksa, pulanglah”

“aku mengantuk, ingin tidur disini saja” ucapnya sembari memeluk guling Kaina.

Kaina yang tau jika ucapannya tidak akan berpengaruh apapun akhirnya memilih untuk keluar dari kamarnya.

Setelah menyelesaikan mandi, Kaina lanjut mengerjakan beberapa tugasnya di ruang tengah.

Tepat pukul 11 malam mata Kaina sudah merasakan kantuk.

Saat masuk ke kamarnya ia melihat Aksa masih dengan posisinya tadi, tidur dengan memeluk guling.

Kaina hendak mengambil bantalnya dan tidur di sofa ruang tengah.

Namun tangannya segera di raih oleh Aksa dan ditarik untuk tidur disebelahnya.

“tidur disini saja”

“gamau” Kaina berusaha memberontak namun Aksa malah semakin mengeratkan pelukannya. Aksa memeluk guling dan Kaina sekaligus.

“aku tetap disini, tapi lepasin” pinta Kaina yang akhirnya mengalah.

Aksa yang mendengar itu langsung melonggarkan pelukannya.

Mereka tidur di kasur yan sama dengan guling yang menjadi pembatas di antara mereka berdua.

Aksa meraih tangan Kaina yang sontak membuat Kaina terkejut.

“mau ngapain?” tanya Kaina.

Aksa mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna abu-abu dari sakunya dan mengambil salah satu cincin untuk di sematkan di jari Kaina.

“aku kan udah bilang gamau”

Kaina menarik tangannya kemabli, namun Aksa dengan telaten meraihnya kembali dan memasangkan cincin itu.

“lihat, sangat cocok bukan di jarimu?”

Kaina menatap Aksa yang tengah meminta pendapat padanya.

Kaina melepaskan genggaman Aksa dan memperhatikan cincin yang ada di jari manisnya.

Cincin itu memang cantik dan terlihat sangat mahal. Kaina tidak pernah menggunakan barang semewah itu sebelumnya.

Namun tiba-tiba pikiran Kaina terbawa ke masa lalu. Dengan masih memperhatikan jarinya yang tersemat sebuah cincin.

“dulu kau juga memasangkan cincin di jari ini, cincin dari rumput yang kau buat sambil menunggu aku pulang sekolah” ucap Kaina lirih namun masih dapat di dengar oleh Aksa.

“apa kau mengingatnya?”

Kaina tidak menyadari apa yang ia ucapkan barusan dan itu tentu membuat mereka berdua saling terkejut.

Kaina bukan terkejut oleh pertanyaan yang Aksa berikan, melainkan dengan ucapannya sendiri.

Malam itu, sepotong memori masa lalu mereka kembali.

by : tulisanbucin

Tepat pukul 10 malam Aksa sudah sampai di halaman rumah orang tuanya, rumah yang pernah menjadi istana untuknya.

Seorang pelayan menyambut kedatangan Aksa dan memberitahukan keberadaan bunda Aksa.

Ternyata bunda tertidur diruang tengah sambil menunggu kedatangan Aksa.

Aksa duduk di lantai beralaskan karpet sembari memperhatikan wajah sang bunda. Bundanya masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak 40an.

“bunda, kenapa nunggu Aksa disini? Harusnya bunda tidur di kamar” lirih Aksa sembari mengusap tangan sang bunda.

Ternyata usapan tersebut mampu membuat sang bunda terbangun.

“Aksa, sudah datang nak?”

Bunda bangun dan langsung memeluk Aksa yang berada di hadapannya.

“bunda kangen banget sama kamu nak, Aksa kangen bunda juga kan?”

Aksa tak membalas dengan ucapannya, hanya sebuah anggukan kepala dan pelukan yang semakin mengerat. Aksa membalas pelukan bunda dengan penuh kerinduan. Pelukan hangat itu akhirnya ia rasakan kembali.

“bunda kenapa disini sendirian?” tanya Aksa sembari melepas pelan pelukan bundanya.

“ayah lagi dinas keluar kota, lusa baru pulang”

“ayahku sudah meninggal”

“ayah Jeffrey” jelas bunda kembali.

Bunda membawa Aksa yang masih bersimpuh di hadapannya untuk duduk disebelahnya.

“bagaimana kabarmu nak?”

“harusnya Aksa yang menanyakan itu, bagaimana kabar bunda?”

“bunda tidak pernah baik-baik saja semenjak kamu pergi dari rumah ini”

Aksa yang mendengar itu berusaha mengalihkan pandangannya.

“Aksa, setiap hari bunda selalu memikirkan apa yang sedang kamu lakukan”

“Aksa baik-baik saja, bunda tidak perlu khawatir. Bunda juga harus hidup dengan baik, meskipun tanpa Aksa”

Bunda menggelengkan kepalanya dan menangkup kedua pipi Aksa.

“bunda selalu menunggu kamu pulang nak” ucap bunda sembari mencium kedua pipi Aksa.

Aksa tidak pernah menolak jika bundanya melakukan hal itu padanya. Dari dulu bunda dan ayahnya memang selalu melakukan hal itu padanya.

“pipi kamu kenapa jadi kurus begini, kamu nggak rutin makan ya?”

“Aksa makan dengan baik, cuma akhir akhir ini Aksa sedang workout”

“workout? Nanti perut bayi Aksa hilang dong?”

“sudah hilang”

“padahal dulu bunda suka banget nyubit perut bayi kamu, sekarang udah gaada lagi”

Aksa hanya membalas dengan senyuman hangatnya.

“sudah malam, ayo Aksa antar bunda ke kamar”

“bunda masih kangen sama Aksa..”

Aksa terdiam, menunggu bundanya melanjutkan ucapannya kembali.

“apa boleh bunda tidur sama Aksa untuk malam ini?”


Pagi harinya bunda membangunkan Aksa untuk ikut sarapan bersama. Awalnya Aksa tidak mau namun bunda memintanya untuk makan karena bunda sudah memasak banyak makanan yang Aksa sukai.

Di meja makan sudah ada Jeffrey yang duduk di kursi kepala keluarga.

Aksa tersenyum miris, dahulu ia sering duduk dipangkuan ayahnya ketika makan. Sekarang kursi itu sudah ditempati oleh orang lain.

“ayah langsung memesan penerbangan malam tadi ketika bunda bilang Aksa mau pulang ke rumah” jelas Jeffrey.

Aksa hanya menganggukkan kepalanya sembari menyuapkan makanan ke mulutnya. Masakan bunda memang sangat Aksa rindukan. Sudah lama ia tidak memakan masakan bundanya. Apa mungkin karena bunda yang membuatnya menjadikan rasanya menjadi berbeda. Padahal Aksa sering memakan menu yang sama seperti yang ia makan saat ini, tetapi entah mengapa rasanya berbeda.

“bagaimana kabarmu?” tanya Jeffrey.

Namun tidak dibalas oleh Aksa, Aksa malah fokus menambahkan beberapa lauk ke dalam piringnya.

“enak ya nak? Makan yang banyak ya” ucap bunda dan diangguki oleh Aksa.

Bunda berusaha menenangkan Jeffrey dan memintanya untuk bersabar menghadapi Aksa.

Hanya terdengar suara dentingan alat makan, semenjak Aksa tidak menjawab obrolan yang dimulai oleh Jeffrey.

Setelah acara makan pagi selesai, hidangan penutup di sajikan dan Jeffrey mencoba memulai obrolan kembali.

“tinggallah disini, bunda sangat merindukanmu setiap hari. Apa kamu tidak merindukan bundamu?”

“bagaimana bisa seorang anak tidak merindukan sosok ibu disampingnya? Kau yang membuatku kehilangan sosok bunda disampingku”

“Aksa..” sela bunda.

“apakah begini caramu berbicara dengan ayahmu?” tegas Jeffrey.

“hei, kau memang suami bundaku tapi bukan ayahku. Jadi jangan bersikap seperti seorang ayah untukku, kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisi ayah kandungku” balas Aksa yang melihat Jeffrey tengah mengepalkan tangannya.

Setelah itu Aksa kembali ke kamarnya dan tidak menghiraukan panggilan bundanya.

Ia tau ayah tirinya ini sedang berpura-pura baik dihadapan bundanya.

by : tulisanbucin

Aksa mengajak Kaina pergi ke kedai bakmi yang ada di depan apartemen mereka. Tepatnya kedai dari pemilik gedung apartemen mereka.

“tumben banget penghuni lantai 6 kesini bareng” tanya nenek pemilik kedai.

“iya kebetulan kita belum makan malam” balas Aksa.

“sibuk sekolah dan kerja boleh saja, tapi jangan lupa untuk makan ya kalian masih muda”

“terimakasih untuk nasihatnya, kami pesan bakmi kuah 2 dan teh panas 2”

“baik, di tunggu dulu ya”

Kaina sedari tadi hanya menatap Aksa dengan jenggah.

“yakin tidak mau dipakai sekarang?” Aksa menawarkan cincinnya kembali.

“Aksa, cukup”

Aksa menghela nafasnya pelan dan mengikuti arah pandang Kaina yang sudah memalingkan wajah darinya.

Hujan turun malam ini, tidak terlalu deras namun dapat membasahi seluruh jalanan.

Pesanan mereka berdua pun dihidangkan oleh sang nenek.

“nak Aksa saya lihat pengeluaran listriknya sangat besar ya”

“iya, kebetulan beberapa ruangan saya pakai khusus untuk ruang kerja saya”

“ah begitu pantas saja, yasudah silahkan dinikmati nak Aksa dan nak Kaina”

Sepergian sang nenek, Aksa segera menyantap makanannya. Berbeda dengan Kaina yang hanya diam menatap Aksa tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.

“kamu tidak mau makan?”

“tidak, aku sudah kenyang”

Mendengar penuturan Kaina, Aksa segera mengambil bakmi yang ada dihadapan Kaina dan mulai menyantapnya. Aksa memakan dua porsi sekaligus.

“cepat selesaikan makanmu, aku ingin pulang”

Pernyataan Kaina barusan, justru membuat Aksa menghentikan kegiatan makannya. Ia lalu membersihkan mulutnya dengan tisu dan bangkit dari kursinya.

“ayo, kalau kamu ingin pulang” setelah itu Aksa menarik tangan Kaina dan mengajaknya pergi tak lupa meninggalkan beberapa lembar uang 100.000 diatas meja.

“uangnya saya taruh di atas meja” setelah mengucapkan itu mereka berdua keluar dari kedai.

Kaina segera melepaskan genggaman Aksa padanya.

“lepas, dari tadi kau banyak menyentuhku”

Setelah mengucapkan itu Kaina pergi namun tetap di ikuti oleh Aksa dibelakangnya.

Setelah turun dari lift, Aksa menarik kembali Kaina yang hendak menuju apartemennya, untuk masuk ke salah satu apartemen milik Aksa.

“lepa-s, ini tempat apa?” ucap Kaina yang tercengang setelah melihat ruangan di salah satu apartemen Aksa, apartemen nomor 5 yang berada tepat disamping apartemennya.

Ruangan itu berisi banyak monitor yang sedang menampilkan berbagai tempat yang Kaina kunjungi setiap hari. Mulai dari kamar, ruang tengah, dapur, minimarket bahkan sekolahan.

Jantung Kaina berdetak lebih kencang, ia tak menyangka Aksa akan melakukan hal seperti ini.

Kaina benar-benar tidak mempunyai ruang untuk bersembunyi dari Aksa.

Bahkan tempat yang digunakan Aksa untuk mengawasinya berada di sebelah apartemennya. Itu berarti Aksa memang tidak pernah meninggalkan Kaina sedetikpun.

by : tulisanbucin

Aksa mengajak Kaina pergi ke kedai bakmi yang ada di depan apartemen mereka. Tepatnya kedai dari pemilik gedung apartemen mereka.

“tumben banget penghuni lantai 6 kesini bareng” tanya nenek pemilik kedai.

“iya kebetulan kita belum makan malam” balas Aksa.

“sibuk sekolah dan kerja boleh saja, tapi jangan lupa untuk makan ya kalian masih muda”

“terimakasih untuk nasihatnya, kami pesan bakmi kuah 2 dan teh panas 2”

“baik, di tunggu dulu ya”

Kaina sedari tadi hanya menatap Aksa dengan jenggah.

“yakin tidak mau dipakai sekarang?” tawar Aksa kembali.

“Aksa, cukup”

Aksa menghela nafasnya pelan dan mengikuti arah pandang Kaina yang sudah memalingkan wajah darinya.

Hujan turun malam ini, tidak terlalu deras namun dapat membasahi seluruh jalanan.

Pesanan mereka berdua pun dihidangkan oleh sang nenek.

“nak Aksa saya lihat pengeluaran listriknya sangat besar ya”

“iya, kebetulan beberapa ruangan saya pakai khusus untuk ruang kerja saya”

“ah begitu pantas saja, yasudah silahkan dinikmati nak Aksa dan nak Kaina”

Sepergian sang nenek, Aksa segera menyantap makanannya. Berbeda dengan Kaina yang hanya diam menatap Aksa tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.

“kamu tidak mau makan?”

“tidak, aku sudah kenyang”

Mendengar penuturan Kaina, Aksa segera mengambil bakmi yang ada dihadapan Kaina dan mulai menyantapnya. Aksa memakan dua porsi sekaligus.

“cepat selesaikan makanmu, aku ingin pulang”

Pernyataan Kaina barusan, justru membuat Aksa menghentikan kegiatan makannya. Ia lalu membersihkan mulutnya dengan tisu dan bangkit dari kursinya.

“ayo, kalau kamu ingin pulang” setelah itu Aksa menarik tangan Kaina dan mengajaknya pergi tak lupa meninggalkan beberapa lembar uang 100.000 diatas meja.

“uangnya saya taruh di atas meja” setelah mengucapkan itu mereka berdua keluar dari kedai.

Kaina segera melepaskan genggaman Aksa padanya.

“lepas, dari tadi kau banyak menyentuhku”

Setelah mengucapkan itu Kaina pergi namun tetap di ikuti oleh Aksa dibelakangnya.

Setelah turun dari lift, Aksa menarik kembali Kaina yang hendak menuju apartemennya, untuk masuk ke salah satu apartemen milik Aksa.

“lepa-s, ini tempat apa?” ucap Kaina yang tercengang setelah melihat ruangan di salah satu apartemen Aksa, apartemen nomor 5 yang berada tepat disamping apartemennya.

Ruangan itu berisi banyak monitor yang sedang menampilkan berbagai tempat yang Kaina kunjungi setiap hari. Mulai dari kamar, ruang tengah, dapur, minimarket bahkan sekolahan.

Jantung Kaina berdetak lebih kencang, ia tak menyangka Aksa akan melakukan hal seperti ini.

Kaina benar-benar tidak mempunyai ruang untuk bersembunyi dari Aksa.

Bahkan tempat yang digunakan Aksa untuk mengawasinya berada di sebelah apartemennya. Itu berarti Aksa memang tidak pernah meninggalkan Kaina sedetikpun.

by : tulisanbucin

Aksa mengajak Kaina pergi di kedai bakmi yang ada di depan apartemen mereka. Tepatnya kedai dari pemilik gedung apartemen mereka.

“tumben banget penghuni lantai 6 kesini bareng” tanya nenek pemilik kedai.

“iya kebetulan kita belum makan malam” balas Aksa.

“sibuk sekolah dan kerja boleh saja, tapi jangan lupa untuk makan ya kalian masih muda”

“terimakasih untuk nasihatnya, kami pesan bakmi kuah 2 dan teh panas 2”

“baik, di tunggu dulu ya”

Kaina sedari tadi hanya menatap Aksa dengan jenggah.

“yakin tidak mau dipakai sekarang?” tawar Aksa kembali.

“Aksa, cukup”

Aksa menghela nafasnya pelan dan mengikuti arah pandang Kaina yang sudah memalingkan wajah darinya.

Hujan turun malam ini, tidak terlalu deras namun dapat membasahi seluruh jalanan.

Pesanan mereka berdua pun dihidangkan oleh sang nenek.

“nak Aksa saya lihat pengeluaran listriknya sangat besar ya”

“iya, kebetulan beberapa ruangan saya pakai khusus untuk ruang kerja saya”

“ah begitu pantas saja, yasudah silahkan dinikmati nak Aksa dan nak Kaina”

Sepergian sang nenek, Aksa segera menyantap makanannya. Berbeda dengan Kaina yang hanya diam menatap Aksa tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.

“kamu tidak mau makan?”

“tidak, aku sudah kenyang”

Mendengar penuturan Kaina, Aksa segera mengambil bakmi yang ada dihadapan Kaina dan mulai menyantapnya. Aksa memakan dua porsi sekaligus.

“cepat selesaikan makanmu, aku ingin pulang”

Pernyataan Kaina barusan, justru membuat Aksa menghentikan kegiatan makannya. Ia lalu membersihkan mulutnya dengan tisu dan bangkit dari kursinya.

“ayo, kalau kamu ingin pulang” setelah itu Aksa menarik tangan Kaina dan mengajaknya pergi tak lupa meninggalkan beberapa lembar uang 100.000 diatas meja.

“uangnya saya taruh di atas meja” setelah mengucapkan itu mereka berdua keluar dari kedai.

Kaina segera melepaskan genggaman Aksa padanya.

“lepas, dari tadi kau banyak menyentuhku”

Setelah mengucapkan itu Kaina pergi namun tetap di ikuti oleh Aksa dibelakangnya.

Setelah turun dari lift, Aksa menarik kembali Kaina yang hendak menuju apartemennya, untuk masuk ke salah satu apartemen milik Aksa.

“lepa-s, ini tempat apa?” ucap Kaina yang tercengang setelah melihat ruangan di salah satu apartemen Aksa, apartemen nomor 5 yang berada tepat disamping apartemennya.

Ruangan itu berisi banyak monitor yang sedang menampilkan berbagai tempat yang Kaina kunjungi setiap hari. Mulai dari kamar, ruang tengah, dapur, minimarket bahkan sekolahan.

Jantung Kaina berdetak lebih kencang, ia tak menyangka Aksa akan melakukan hal seperti ini.

Kaina benar-benar tidak mempunyai ruang untuk bersembunyi dari Aksa.

Bahkan tempat yang digunakan Aksa untuk mengawasinya berada di sebelah apartemennya. Itu berarti Aksa memang tidak pernah meninggalkan Kaina sedetikpun.

Ruangan rahasia

by : tulisanbucin

Aksa mengajak Kaina pergi di kedai bakmi yang ada di depan apartemen mereka. Tepatnya kedai dari pemilik gedung apartemen mereka.

“tumben banget penghuni lantai 6 kesini bareng” tanya nenek pemilik kedai.

“iya kebetulan kita belum makan malam” balas Aksa.

“sibuk sekolah dan kerja boleh saja, tapi jangan lupa untuk makan ya kalian masih muda”

“terimakasih untuk nasihatnya, kami pesan bakmi kuah 2 dan teh panas 2”

“baik, di tunggu dulu ya”

Kaina sedari tadi hanya menatap Aksa dengan jenggah.

“yakin tidak mau dipakai sekarang?” tawar Aksa kembali.

“Aksa, cukup”

Aksa menghela nafasnya pelan dan mengikuti arah pandang Kaina yang sudah memalingkan wajah darinya.

Hujan turun malam ini, tidak terlalu deras namun dapat membasahi seluruh jalanan.

Pesanan mereka berdua pun dihidangkan oleh sang nenek.

“nak Aksa saya lihat pengeluaran listriknya sangat besar ya”

“iya, kebetulan beberapa ruangan saya pakai khusus untuk ruang kerja saya”

“ah begitu pantas saja, yasudah silahkan dinikmati nak Aksa dan nak Kaina”

Sepergian sang nenek, Aksa segera menyantap makanannya. Berbeda dengan Kaina yang hanya diam menatap Aksa tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.

“kamu tidak mau makan?”

“tidak, aku sudah kenyang”

Mendengar penuturan Kaina, Aksa segera mengambil bakmi yang ada dihadapan Kaina dan mulai menyantapnya. Aksa memakan dua porsi sekaligus.

“cepat selesaikan makanmu, aku ingin pulang”

Pernyataan Kaina barusan, justru membuat Aksa menghentikan kegiatan makannya. Ia lalu membersihkan mulutnya dengan tisu dan bangkit dari kursinya.

“ayo, kalau kamu ingin pulang” setelah itu Aksa menarik tangan Kaina dan mengajaknya pergi tak lupa meninggalkan beberapa lembar uang 100.000 diatas meja.

“uangnya saya taruh di atas meja” setelah mengucapkan itu mereka berdua keluar dari kedai.

Kaina segera melepaskan genggaman Aksa padanya.

“lepas, dari tadi kau banyak menyentuhku”

Setelah mengucapkan itu Kaina pergi namun tetap di ikuti oleh Aksa dibelakangnya.

Setelah turun dari lift, Aksa menarik kembali Kaina yang hendak menuju apartemennya, untuk masuk ke salah satu apartemen milik Aksa.

“lepa-s, ini tempat apa?” ucap Kaina yang tercengang setelah melihat ruangan di salah satu apartemen Aksa, apartemen nomor 5 yang berada tepat disamping apartemennya.

Ruangan itu berisi banyak monitor yang sedang menampilkan berbagai tempat yang Kaina kunjungi setiap hari. Mulai dari kamar, ruang tengah, dapur, minimarket bahkan sekolahan.

Jantung Kaina berdetak lebih kencang, ia tak menyangka Aksa akan melakukan hal seperti ini.

Kaina benar-benar tidak mempunyai ruang untuk bersembunyi dari Aksa.

Bahkan tempat yang digunakan Aksa untuk mengawasinya berada di sebelah apartemennya. Itu berarti Aksa memang tidak pernah meninggalkan Kaina sedetikpun.

by : tulisanbucin

Akhirnya Nathan datang ke apartemen Kaina dengan membawa martabak telur pesanan gadis itu.

“nih”

“Nat, tadi lama banget ya nungguin aku?” tanya Kaina sembari menerima kantung kresek berisi sekotak martabak telur yang masih hangat.

“lama banget, lo harus pijitin gue pokoknya”

“iya nanti aku pijitin ya, aku mandi dulu”

“hmm, gue mau rebahan dulu”

Setelah memastikan Kaina sudah masuk ke kamar mandi, Nathan mulai berkeliling di apartemen Kaina.

Niatnya dari awal memang untuk mencari sisa kamera yang dulu ia letakkan di apartemen Kaina.

Namun sudah hampir 10 menit Nathan berkeliling apartemen Kaina, tidak ada satupun kamera yang ia temukan. Padahal ia sangat ingat meletakkan beberapa kamera di apartemen Kaina.

“sial, gue ketahuan” lirih Nathan dan segera merebahkan dirinya di sofa karena sebentar lagi Kaina pasti akan keluar dari kamar mandi.


Notes : Kamera pengawas yang diletakkan Aksa dan Nathan berbeda jenis. Milik Aksa dapat dipantau dari jarak jauh sedangkan milik Nathan hanya berfungsi untuk merekam saja dan harus dipindahkan cardnya terlebih dahulu untuk dapat melihat video yang terekam di dalamnya.