tulisanbucin

by : tulisanbucin

tw // harsh word

Setelah mengantarkan Kaina, Nathan tidak pergi ke apartemen Kaina seperti ucapannya sebelumnya. Melainkan ke kantor utama dari perusahan tempat kakaknya bekerja.

Sebelum memasuki lobby, Nathan sudah di cegat oleh dua orang satpam sekaligus yang menanyakan maksud dan tujuan dari kedatangan Nathan.

Nathan hanya menjawab bahwa kehadirannya sudah ditunggu oleh pemilik perusahaan tersebut dan hal itu justru membuat kedua satpam tersebut terlihat bingung dengan jawaban yang diberikan Nathan.

“dia tamu presdir, biarkan aku yang mengawalnya”

“baik pak” balas kedua satpam tersebut setelah melihat kedatangan Arjun.

“aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, Mas Arjun?” sarkas Nathan yang tidak menampakkan wajah terkejutnya sama sekali.

Arjun dengan tatapan dinginnya hanya mempersilahkan Nathan untuk mengikutinya.


Di ruangannya, Aksa sudah siap untuk menyambut kedatangan Nathan.

“selamat datang, Nathan” ucap Aksa ketika Arjun dan Nathan sudah sampai di ruangannya.

Nathan hanya tersenyum sinis mendengar sambutan dari Aksa.

“duduklah atau kau ingin berdiri seperti itu hingga nanti?” sedari tadi Aksa memang sudah duduk saat menyambut kedatangan Nathan.

Nathan duduk di hadapan Aksa dengan tangan yang ia lipat didepan dada.

“kau sepertinya sudah tau akan kedatanganku hari ini”

“aku selalu siap menerimamu sebagai tamuku”

“cuih” Nathan yang sudah tidak bisa berbasa basi mulai meludah dihadapan Aksa.

Melihat itu Arjun ingin menghampiri Nathan namun langsung dicegah oleh Aksa.

“kau keluar saja Arjun, sepertinya tamuku ini hanya ingin berbicara berdua denganku”

“baik, aku keluar dulu”

Setelah Arjun keluar suasana menjadi hening, mereka hanya saling bertukar tatapan dingin.

“apa kau sudah mengincar Kaina sejak ia pindah?”

“aku tidak menyangka kau akan to the point sekali”

“bajingan gila.. apa sebenarnya yang kau inginkan dari Kaina hah?!”

“semuanya, aku menginginkan semua yang ada pada diri Kaina”

“brengsek”

“mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutmu sepertinya banyak hal yang tidak kau ketahui atau mungkin memang seharusnya kau tidak perlu mengetahuinya”

“berhenti menganggu hidup Kaina”

“aku mencintainya”

“apa?!”

“aku mencintai Kaina”

“apa kau sudah gila?”

“iya, aku gila karena Kaina”

“percuma saja aku bicara dengan orang brengsek sepertimu”

“aku brengsek? Kalau begitu kau lebih brengsek”

Bugh

Nathan hendak memukul Aksa namun pukulan itu segera Aksa tangkis.

“aku tidak akan pernah membiarkan tanganmu menyentuh kulitku” sarkas Aksa.

“aku yakin Kaina sudah berusaha melaporkanmu ke polisi tapi tidak ada gunanya. Melihat koneksimu yang sangat luas seperti ini, polisi pun pasti akan tunduk kepadamu”

“apa aku harus mengucapkan terimakasih atas pujianmu itu?”

“aku akan menjaga Kaina dan akan menjauhkannya dari laki-laki brengsek sepertimu”

Nathan hendak pergi namun ucapan Aksa menghentikan langkahnya.

“cobalah, Kaina tidak akan bisa lepas dariku. Seberapa besar usahamu untuk memisahkan kita, itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia”

by : tulisanbucin

tw // harsh word

Setelah mengantarkan Kaina, Nathan tidak pergi ke apartemen Kaina seperti ucapannya sebelumnya. Melainkan ke kantor utama dari perusahan tempat kakaknya bekerja.

Sebelum memasuki lobby, Nathan sudah di cegat oleh dua orang satpam sekaligus yang menanyakan maksud dan tujuan dari kedatangan Nathan.

Nathan hanya menjawab bahwa kehadirannya sudah ditunggu oleh pemilik perusahaan tersebut dan hal itu justru membuat kedua satpam tersebut terlihat bingung dengan jawaban yang diberikan Nathan.

“dia tamu presdir, biarkan aku yang mengawalnya”

“baik pak” balas kedua satpam tersebut setelah melihat kedatangan Arjun.

“aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, Mas Arjun?” sarkas Nathan yang tidak menampakkan wajah terkejutnya sama sekali.

Arjun dengan tatapan dinginnya hanya mempersilahkan Nathan untuk mengikutinya.


Di ruangannya, Aksa sudah siap untuk menyambut kedatangan Nathan.

“selamat datang, Nathan” ucap Aksa ketika Arjun dan Nathan sudah sampai di ruangannya.

Nathan hanya tersenyum sinis mendengar sambutan dari Aksa.

“duduklah atau kau ingin berdiri seperti itu hingga nanti?” sedari tadi Aksa memang sudah duduk saat menyambut kedatangan Nathan.

Nathan duduk di hadapan Aksa dengan tangan yang ia lipat didepan dada.

“kau sepertinya sudah tau akan kedatanganku hari ini”

“aku selalu siap menerimamu sebagai tamuku”

“cuih” Nathan yang sudah tidak bisa berbasa basi mulai meludah dihadapan Aksa.

Melihat itu Arjun ingin menghampiri Nathan namun langsung dicegah oleh Aksa.

“kau keluar saja Arjun, sepertinya tamuku ini hanya ingin berbicara berdua denganku”

“baik, aku keluar dulu”

Setelah Arjun keluar suasana menjadi hening, mereka hanya saling bertukar tatapan dingin.

“apa kau sudah mengincar Kaina sejak ia pindah?”

“aku tidak menyangka kau akan to the point sekali”

“bajingan gila.. apa sebenarnya yang kau inginkan dari Kaina hah?!”

“semuanya, aku menginginkan semua yang ada pada diri Kaina”

“brengsek”

“mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutmu sepertinya banyak hal yang tidak kau ketahui atau mungkin memang seharusnya kau tidak perlu mengetahuinya”

“berhenti menganggu hidup Kaina”

“aku mencintainya”

“apa?!”

“aku mencintai Kaina”

“apa kau sudah gila?”

“iya, aku gila karena Kaina”

“percuma saja aku bicara dengan orang brengsek sepertimu”

“aku brengsek? Kalau begitu kau lebih brengsek”

Bugh

Nathan hendak memukul Aksa namun pukulan itu segera Aksa tangkis.

“aku tidak akan pernah membiarkan tanganmu menyentuh kulitku” sarkas Aksa.

“aku yakin Kaina sudah berusaha melaporkanmu ke polisi tapi tidak ada gunanya. Melihat koneksimu yang sangat luas seperti ini, polisi pun pasti akan tunduk kepadamu”

“apa aku harus mengucapkan terimakasih atas pujianmu itu?”

“aku akan menjaga Kaina dan akan menjauhkannya dari laki-laki brengsek sepertimu”

Nathan hendak pergi namun ucapan Aksa menghentikan langkahnya.

“cobalah, Kaina tidak akan bisa lepas dariku. Seberapa besar usahamu untuk memisahkan kita, itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia”

by : tulisanbucin

#tw // harsh word

Setelah mengantarkan Kaina, Nathan tidak pergi ke apartemen Kaina seperti ucapannya sebelumnya. Melainkan ke kantor utama dari perusahan tempat kakaknya bekerja.

Sebelum memasuki lobby, Nathan sudah di cegat oleh dua orang satpam sekaligus yang menanyakan maksud dan tujuan dari kedatangan Nathan.

Nathan hanya menjawab bahwa kehadirannya sudah ditunggu oleh pemilik perusahaan tersebut dan hal itu justru membuat kedua satpam tersebut terlihat bingung dengan jawaban yang diberikan Nathan.

“dia tamu presdir, biarkan aku yang mengawalnya”

“baik pak” balas kedua satpam tersebut setelah melihat kedatangan Arjun.

“aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, Mas Arjun?” sarkas Nathan yang tidak menampakkan wajah terkejutnya sama sekali.

Arjun dengan tatapan dinginnya hanya mempersilahkan Nathan untuk mengikutinya.


Di ruangannya, Aksa sudah siap untuk menyambut kedatangan Nathan.

“selamat datang, Nathan” ucap Aksa ketika Arjun dan Nathan sudah sampai di ruangannya.

Nathan hanya tersenyum sinis mendengar sambutan dari Aksa.

“duduklah atau kau ingin berdiri seperti itu hingga nanti?” sedari tadi Aksa memang sudah duduk saat menyambut kedatangan Nathan.

Nathan duduk di hadapan Aksa dengan tangan yang ia lipat didepan dada.

“kau sepertinya sudah tau akan kedatanganku hari ini”

“aku selalu siap menerimamu sebagai tamuku”

“cuih” Nathan yang sudah tidak bisa berbasa basi mulai meludah dihadapan Aksa.

Melihat itu Arjun ingin menghampiri Nathan namun langsung dicegah oleh Aksa.

“kau keluar saja Arjun, sepertinya tamuku ini hanya ingin berbicara berdua denganku”

“baik, aku keluar dulu”

Setelah Arjun keluar suasana menjadi hening, mereka hanya saling bertukar tatapan dingin.

“apa kau sudah mengincar Kaina sejak ia pindah?”

“aku tidak menyangka kau akan to the point sekali”

“bajingan gila.. apa sebenarnya yang kau inginkan dari Kaina hah?!”

“semuanya, aku menginginkan semua yang ada pada diri Kaina”

“brengsek”

“mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutmu sepertinya banyak hal yang tidak kau ketahui atau mungkin memang seharusnya kau tidak perlu mengetahuinya”

“berhenti menganggu hidup Kaina”

“aku mencintainya”

“apa?!”

“aku mencintai Kaina”

“apa kau sudah gila?”

“iya, aku gila karena Kaina”

“percuma saja aku bicara dengan orang brengsek sepertimu”

“aku brengsek? Kalau begitu kau lebih brengsek”

Bugh

Nathan hendak memukul Aksa namun pukulan itu segera Aksa tangkis.

“aku tidak akan pernah membiarkan tanganmu menyentuh kulitku” sarkas Aksa.

“aku yakin Kaina sudah berusaha melaporkanmu ke polisi tapi tidak ada gunanya. Melihat koneksimu yang sangat luas seperti ini, polisi pun pasti akan tunduk kepadamu”

“apa aku harus mengucapkan terimakasih atas pujianmu itu?”

“aku akan menjaga Kaina dan akan menjauhkannya dari laki-laki brengsek sepertimu”

Nathan hendak pergi namun ucapan Aksa menghentikan langkahnya.

“cobalah, Kaina tidak akan bisa lepas dariku. Seberapa besar usahamu untuk memisahkan kita, itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia”

by : tulisanbucin

Setelah mengantarkan Kaina, Nathan tidak pergi ke apartemen Kaina seperti ucapannya sebelumnya. Melainkan ke kantor utama dari perusahan tempat kakaknya bekerja.

Sebelum memasuki lobby, Nathan sudah di cegat oleh dua orang satpam sekaligus yang menanyakan maksud dan tujuan dari kedatangan Nathan.

Nathan hanya menjawab bahwa kehadirannya sudah ditunggu oleh pemilik perusahaan tersebut dan hal itu justru membuat kedua satpam tersebut terlihat bingung dengan jawaban yang diberikan Nathan.

“dia tamu presdir, biarkan aku yang mengawalnya”

“baik pak” balas kedua satpam tersebut setelah melihat kedatangan Arjun.

“aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, Mas Arjun?” sarkas Nathan yang tidak menampakkan wajah terkejutnya sama sekali.

Arjun dengan tatapan dinginnya hanya mempersilahkan Nathan untuk mengikutinya.


Di ruangannya, Aksa sudah siap untuk menyambut kedatangan Nathan.

“selamat datang, Nathan” ucap Aksa ketika Arjun dan Nathan sudah sampai di ruangannya.

Nathan hanya tersenyum sinis mendengar sambutan dari Aksa.

“duduklah atau kau ingin berdiri seperti itu hingga nanti?” sedari tadi Aksa memang sudah duduk saat menyambut kedatangan Nathan.

Nathan duduk di hadapan Aksa dengan tangan yang ia lipat didepan dada.

“kau sepertinya sudah tau akan kedatanganku hari ini”

“aku selalu siap menerimamu sebagai tamuku”

“cuih” Nathan yang sudah tidak bisa berbasa basi mulai meludah dihadapan Aksa.

Melihat itu Arjun ingin menghampiri Nathan namun langsung dicegah oleh Aksa.

“kau keluar saja Arjun, sepertinya tamuku ini hanya ingin berbicara berdua denganku”

“baik, aku keluar dulu”

Setelah Arjun keluar suasana menjadi hening, mereka hanya saling bertukar tatapan dingin.

“apa kau sudah mengincar Kaina sejak ia pindah?”

“aku tidak menyangka kau akan to the point sekali”

“bajingan gila.. apa sebenarnya yang kau inginkan dari Kaina hah?!”

“semuanya, aku menginginkan semua yang ada pada diri Kaina”

“brengsek”

“mendengar pertanyaan itu keluar dari mulutmu sepertinya banyak hal yang tidak kau ketahui atau mungkin memang seharusnya kau tidak perlu mengetahuinya”

“berhenti menganggu hidup Kaina”

“aku mencintainya”

“apa?!”

“aku mencintai Kaina”

“apa kau sudah gila?”

“iya, aku gila karena Kaina”

“percuma saja aku bicara dengan orang brengsek sepertimu”

“aku brengsek? Kalau begitu kau lebih brengsek”

Bugh

Nathan hendak memukul Aksa namun pukulan itu segera Aksa tangkis.

“aku tidak akan pernah membiarkan tanganmu menyentuh kulitku” sarkas Aksa.

“aku yakin Kaina sudah berusaha melaporkanmu ke polisi tapi tidak ada gunanya. Melihat koneksimu yang sangat luas seperti ini, polisi pun pasti akan tunduk kepadamu”

“apa aku harus mengucapkan terimakasih atas pujianmu itu?”

“aku akan menjaga Kaina dan akan menjauhkannya dari laki-laki brengsek sepertimu”

Nathan hendak pergi namun ucapan Aksa menghentikan langkahnya.

“cobalah, Kaina tidak akan bisa lepas dariku. Seberapa besar usahamu untuk memisahkan kita, itu hanya akan menjadi hal yang sia-sia”

by : tulisanbucin

Kaina keluar dari kamar setelah menerima pesan dari Aksa.

Namun diruang tengah hanya ada Nathan yang masih terlelap dalam tidurnya.

Kaina mulai berkeliling dari kamar mandi hingga dapur, namun ia tidak menemukan keberadaan Aksa.

Pintu depan juga masih terkunci ganda dengan meja dan kursi sebagai penghalang di depan pintu. Semua itu Nathan yang melakukannya.

Setelah menjemput Kaina, Nathan hanya langsung masuk ke kamar Kaina. Sedangkan Kaina makan bersama Juan, tamu tak terduganya.

Setelah mengantar Juan pulang, Nathan dan Kaina hendak menemui tetangga apartemen Kaina, Aksa. Namun kondisi apartemen Aksa justru kosong, karena tidak ada balasan apapun dari dalam.

Di tengah malam, Kaina masih termenung di depan pintu apartemennya.

Seharian ini dia memang belum bertemu dengan Aksa. Sepertinya Aksa memang baru pulang malam ini dan langsung menemuinya.

Sebenarnya ada perasaan aneh yang muncul di dalam diri Kaina setiap Aksa mengungkapkan rasa rindunya. Entah perasaan seperti apa itu, hanya Kaina yang bisa merasakannya.

by : tulisanbucin

Kaina akhirnya pergi keluar dan duduk di pinggir kolam renang. Setelah Aksa menolak bantuannya untuk mencuci piring.

Kolam renang yang berada di luar ruangan itu langsung berhadapan dengan pantai. Pemandangan malam dengan sinar bulan membuat kolam itu semakin terlihat cantik.

Aksa juga menambahkan lampu di sekeliling kolam yang terlihat seperti lilin-lilin kecil mengelilingi kolam.

“kenapa dia membuat rumah sebesar ini? Padahal yang membuat rumah itu nyaman bukan hanya bangunannya saja, tapi siapa yang ada di dalamnya” ucap Kaina sembari mencoba menyentuh air kolam dengan tangannya.

“kamu benar, kenyamanan sebuah rumah bukan berasal dari mewah dan besarnya bangunan tersebut. Tapi dengan siapa kita tinggal, di situlah kita mendapatkan kenyamanan” ucap Aksa yang sedari tadi berdiri di pintu yang tidak jauh dari kolam renang.

“bagaimana dia bisa mendengarku dari tempat sejauh itu?” gumam Kaina yang melihat Aksa mulai menghampirinya dan duduk di sampingnya.

“yakin tidak mau mencoba berenang disini? Suhu airnya bisa di atur jika kamu ingin menggunakan air hangat”

“tidak, terimakasih”

Aksa mengangguk paham.

Cukup lama mereka berdua diam dengan pemikiran masing-masing. Hingga Kaina pun menyadari perubahan dari diri Aksa.

Sisi itu kembali lagi.

“aku ingin tidur disini” ucap Aksa tiba-tiba sembari merebahkan kepalanya dipangkuan Kaina.

“semua yang ada pada dirimu selalu menjadi candu untukku” gumam Aksa sembari memeluk perut Kaina dari samping.

“Aksa pergilah ke kamar jika ingin tidur”

“tidak mau, disini lebih nyaman”

“lalu untuk apa kau membangun rumah sebesar ini jika memilih tidur diluar”

“rumahku itu kamu”

Kaina yang mendengar itu lantas menghentikan aksinya yang hendak menyingkirkan tubuh Aksa darinya.

Aksa diam-diam tersenyum melihat Kaina yang mulai terlihat menerimanya.

“Aksa..” panggil Kaina.

“hmm..” Aksa yang tadinya sudah mulai terlelap terbangun oleh panggilan Kaina.

“bagaimana jika kau tidak bertemu denganku?” pertanyaan itu sontak membuat Aksa semakin mengeratkan pelukannya.

“aku tidak tahu apakah aku masih bertahan hidup sampai sekarang jika waktu itu aku tidak bertemu denganmu”

“waktu itu kenapa kau menawarkan bungamu padaku?”

“aku hanya berharap ada satu orang yang membelinya. Setidaknya aku bisa makan dengan uang tersebut”

“apa tidak ada yang membelinya selain aku?”

“tidak ada, kamu selalu membeli bunga yang aku bawa setiap bertemu denganku. Kamu bahkan sering menyisihkan bekalmu untukku, mengajakku diam-diam makan di rumahmu padahal saat itu hubunganmu dengan keluargamu sedang tidak baik-baik saja”

“jadi kau memperlakukanku sampai seperti ini untuk membalas perlakuanku dulu?”

“Kaina, saat itu hidupmu juga tidak sebahagia anak-anak pada umumnya. Terkadang aku seperti melihat diriku saat melihatmu”

“kau mengasihaniku?”

“aku hanya ingin memberikan rasa kasihku padamu karena kamu juga telah memberikannya padaku”

“kapan aku memberikannya padamu?”

“Kaina, kamu tidak akan pernah menyadarinya. Tetapi aku selalu merasakannya”

Kaina menatap Aksa yang masih merebahkan kepalanya dipangkuan Kaina.

“kalau begitu, bisakah aku meminta satu permintaan?”

“apapun itu akan aku lakukan, Kaina kamu bahkan tidak perlu memintanya”

“janji kau akan melakukannya?”

“iya, janji.”

“baik, kalau begitu kau sudah berjanji ya. Sebelum aku pergi dari dunia ini, janji itu harus selalu kau tepati”

Aksa bangkit dari tidurnya, menatap mata kelam Kaina. Kaina tidak pernah seperti ini sebelumnya. Perubahan pada diri Kaina yang tiba-tiba, juga membuat Aksa merasa khawatir. Kaina bisa sangat terpuruk, namun ia juga bisa dengan cepat melupakan masalahnya.

Kaina, perempuan yang terlahir untuk selalu di jaga.

by : tulisanbucin

Setiap saat Nathan selalu meluangkan waktu untuk melihat rekaman video yang sama. Satu-satunya rekaman video dari kamera pengintai yang tersisa di apartemen Kaina. Padahal dulu ia meletakkan lebih dari 5 kamera tersebar, namun hanya ini yang tersisa.

Video yang hanya memperlihatkan bagian tubuh ke bawah seorang laki laki yang hampir setiap hari mengunjungi apartemen Kaina.

Namun postur tubuh laki-laki tersebut terlihat tidak asing di matanya. Itu berarti Nathan pernah melihat atau bahkan bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya.

“pakaiannya saja dari brand ternama, itu berarti dia bukan orang sembarangan” gumam Nathan yang masih fokus mengulang videonya kembali.

Hingga suatu pikiran terbesit di pikirannya.

“sebentar..” monolog Nathan sembari menghentikan video yang sedang ia lihat.

Pada rekaman tersebut terlihat sisi tangan laki-laki tersebut ketika berjalan.

“di telapak tangannya ada bekas luka goresan. Gue pernah jabatan tangan sama orang yang punya bekas luka kayak gini. Ga mungkin ini kebetulan” ucap Nathan sembari meraih ponselnya.

Ia mencoba menghubungi Kaina untuk memastikan bahwa Kaina masih berada di jangkauannya.

Semoga saja ia tidak terlambat, hanya itu saja harapannya saat ini.

by : tulisanbucin

Setiap saat Nathan selalu meluangkan waktu untuk melihat rekaman video yang sama. Satu-satunya rekaman video dari kamera pengintai yang tersisa di apartemen Kaina. Padahal dulu ia meletakkan lebih dari 5 kamera tersebar, namun hanya ini yang tersisa.

Video yang hanya memperlihatkan bagian tubuh bawah seorang laki laki yang hampir setiap hari mengunjungi apartemen Kaina.

Namun postur tubuh laki-laki tersebut terlihat tidak asing di matanya. Itu berarti Nathan pernah melihat atau bahkan bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya.

“pakaiannya saja dari brand ternama, itu berarti dia bukan orang sembarangan” gumam Nathan yang masih fokus mengulang videonya kembali.

Hingga suatu pikiran terbesit di pikirannya.

“sebentar..” monolog Nathan sembari menghentikan video yang sedang ia lihat.

Pada rekaman tersebut terlihat sisi tangan laki-laki tersebut ketika berjalan.

“di telapak tangannya ada bekas luka goresan. Gue pernah jabatan tangan sama orang yang punya bekas luka kayak gini. Ga mungkin ini kebetulan” ucap Nathan sembari meraih ponselnya.

Ia mencoba menghubungi Kaina untuk memastikan bahwa Kaina masih berada di jangkauannya.

Semoga saja ia tidak terlambat, hanya itu saja harapannya saat ini.

by : tulisanbucin

Setiap saat Nathan akan selalu mengulang untuk melihat rekaman video yang sama. Satu-satunya rekaman video dari kamera pengintai yang tersisa di apartemen Kaina. Padahal dulu ia meletakkan lebih dari 5 kamera tersebar, namun hanya ini yang tersisa.

Video yang hanya memperlihatkan bagian tubuh bawah seorang laki laki yang hampir setiap hari mengunjungi apartemen Kaina.

Namun postur tubuh laki-laki tersebut terlihat tidak asing di matanya. Itu berarti Nathan pernah melihat atau bahkan bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya.

“pakaiannya saja dari brand ternama, itu berarti dia bukan orang sembarangan” gumam Nathan yang masih fokus mengulang videonya kembali.

Hingga suatu pikiran terbesit di pikirannya.

“sebentar..” monolog Nathan sembari menghentikan video yang sedang ia lihat.

Pada rekaman tersebut terlihat sisi tangan laki-laki tersebut ketika berjalan.

“di telapak tangannya ada bekas luka goresan. Gue pernah jabatan tangan sama orang yang punya bekas luka kayak gini. Ga mungkin ini kebetulan” ucap Nathan sembari meraih ponselnya.

Ia mencoba menghubungi Kaina untuk memastikan bahwa Kaina masih berada di jangkauannya.

Semoga saja ia tidak terlambat, hanya itu saja harapannya saat ini.

by : tulisanbucin

Aksa datang ke meja makan dengan membawa 2 piring penuh daging yang tadi sudah ia panggang.

“ayo makan” ucap Aksa setelah duduk di sebelah Kaina.

Semua masakan malam ini Aksa yang memasaknya. Aksa juga merapikan dan menyiapkan meja makan. Ia tidak memperbolehkan Kaina untuk membantunya.

Kaina masih memperhatikan Aksa yang justru mendekatkan kursinya dan merangkul pinggang Kaina. Dari samping, tatapannya juga hanya tertuju pada Kaina bukan ke makanan yang ada di hadapannya.

“aku tidak bisa makan jika kau seperti ini” Kaina berusaha menyingkirkan tangan Aksa yang merangkul pinggangnya, namun Aksa tak menghiraukannya dan justru meraih sendok Kaina dengan tangan kirinya. Sendok itu ia letakkan di tangan kanan Kaina.

“makanlah, aku ingin melihatmu makan terlebih dahulu”

Dengan ragu Kaina mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Awalnya terlihat pelan, namun semakin lama ia menyadari bahwa Aksa masih saja menatapnya secara lekat membuat Kaina mempercepat makannya.

Bahkan Kaina bisa menyuapkan 2 sendok nasi sekaligus ke dalam mulutnya dan hal itu justru membuat Aksa menjadi geram.

Sendok Kaina ia rampas dan dibuang kesembarang arah.

“jangan tergesa-gesa, aku tidak suka melihatmu makan seperti itu” ucap Aksa dengan dingin.

Setelah mengucapkan itu Aksa meraih sendok baru dan meletakkannya di hadapan Kaina.

“makan dengan pelan seperti anak yang baik, mengerti?”

Kaina yang sedikit takut dengan perubahan sikap Aksa hanya bisa menurutinya.

Sebenarnya makanan yang dibuat Aksa terlihat sangat nikmat, namun entah mengapa Kaina tidak bisa merasakan apapun. Ia seperti sedang makan dalam tekanan.

Cukup membutuhkan waktu sampai Kaina menghabiskan makanannya. Dan saat itu juga Aksa mulai meraih sendoknya.

“sekarang waktuku untuk makan” ucapnya sembari menyerahkan sendoknya di hadapan Kaina.

“kenapa kau memberikan sendokmu padaku?” tanya Kaina yang terlihat bingung.

“suapi aku”

“ha?”

“apa aku perlu mengulangi perkataanku lagi?”

“kau bahkan mempunyai 2 tangan dan masih berfungsi dengan baik”

Mendengar itu membuat Aksa mulai meraih pinggang Kaina kembali. Padahal sebelumnya sudah ia lepaskan setelah Kaina menyelesaikan makannya.

“tangan kananku tidak bisa memegang sendok untuk saat ini”

“tangan kirimu masih berfungsi dengan baik” balas Kaina.

Tangan kiri Aksa segera meraih ponsel di dalam sakunya.

“bagaimana ini, tangan kiriku sedang sibuk membalas pesan”

Dengan berat hati Kaina mulai menyuapi Aksa yang terlihat seperti bayi besar.

Senyuman terlukis di bibir Aksa setelah menerima suapan dari Kaina.

“kenapa makanan ini jadi terasa nikmat jika kamu yang menyuapiku”

Kaina tak membalas ucapan Aksa dan kembali menyuapi Aksa, namun sebuah pikiran terbesit di kepalanya.

Aksa mengatakan bahwa makanan terasa nikmat jika di suapi oleh Kaina, lalu apakah Aksa masih bisa mengatakan nikmat, jika Kaina hanya menyuapkan nasi dengan sambal?

Aksa tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Kaina saat ini, ia hanya dengan senang hati menerima suapan yang diberikan oleh Kaina.

Aksa masih bisa tersenyum, bahkan senyuman itu jadi terlihat menyeramkan di mata Kaina.

Kaina tau Aksa pasti merasakan rasa pedas pada suapan yang ia berikan ini, namun mengapa ia malah tersenyum seperti itu?

Prank

Mangkok berisi sambal itu sudah berceceran di lantai membuat Kaina terkejut dibuatnya.

“kenapa diam?” tegur Aksa yang melihat Kaina tidak segera menyuapkan makanannya kembali.

Dengan rasa takut Kaina menyuapi Aksa kembali.

Setelah makanan yang ada di piring Aksa habis, Kaina hendak membersihkan meja makan. Namun niatnya itu dicegah oleh Aksa.

“aku belum selesai makan”

“mau tambah nasi?” tanya Kaina.

“iya, tambahkan nasi yang banyak. Entah mengapa malam ini aku merasa sanga lapar”

Dan lagi, Kaina hanya bisa mengikuti kemauan Aksa yang sangat tidak bisa di bantah ini.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Arjun, sisi itu tidak bertahan lama. Dan Kaina merasa bahwa sisi saat ini yang paling dominan pada diri Aksa.