Makan malam

by : tulisanbucin

Aksa datang ke meja makan dengan membawa 2 piring penuh daging yang tadi sudah ia panggang.

“ayo makan” ucap Aksa setelah duduk di sebelah Kaina.

Semua masakan malam ini Aksa yang memasaknya. Aksa juga merapikan dan menyiapkan meja makan. Ia tidak memperbolehkan Kaina untuk membantunya.

Kaina masih memperhatikan Aksa yang justru mendekatkan kursinya dan merangkul pinggang Kaina. Dari samping, tatapannya juga hanya tertuju pada Kaina bukan ke makanan yang ada di hadapannya.

“aku tidak bisa makan jika kau seperti ini” Kaina berusaha menyingkirkan tangan Aksa yang merangkul pinggangnya, namun Aksa tak menghiraukannya dan justru meraih sendok Kaina dengan tangan kirinya. Sendok itu ia letakkan di tangan kanan Kaina.

“makanlah, aku ingin melihatmu makan terlebih dahulu”

Dengan ragu Kaina mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Awalnya terlihat pelan, namun semakin lama ia menyadari bahwa Aksa masih saja menatapnya secara lekat membuat Kaina mempercepat makannya.

Bahkan Kaina bisa menyuapkan 2 sendok nasi sekaligus ke dalam mulutnya dan hal itu justru membuat Aksa menjadi geram.

Sendok Kaina ia rampas dan dibuang kesembarang arah.

“jangan tergesa-gesa, aku tidak suka melihatmu makan seperti itu” ucap Aksa dengan dingin.

Setelah mengucapkan itu Aksa meraih sendok baru dan meletakkannya di hadapan Kaina.

“makan dengan pelan seperti anak yang baik, mengerti?”

Kaina yang sedikit takut dengan perubahan sikap Aksa hanya bisa menurutinya.

Sebenarnya makanan yang dibuat Aksa terlihat sangat nikmat, namun entah mengapa Kaina tidak bisa merasakan apapun. Ia seperti sedang makan dalam tekanan.

Cukup membutuhkan waktu sampai Kaina menghabiskan makanannya. Dan saat itu juga Aksa mulai meraih sendoknya.

“sekarang waktuku untuk makan” ucapnya sembari menyerahkan sendoknya di hadapan Kaina.

“kenapa kau memberikan sendokmu padaku?” tanya Kaina yang terlihat bingung.

“suapi aku”

“ha?”

*“apa aku perlu mengulangi perkataanku lagi?”

“kau bahkan mempunyai 2 tangan dan masih berfungsi dengan baik”

Mendengar itu membuat Aksa mulai meraih pinggang Kaina kembali. Padahal sebelumnya sudah ia lepaskan setelah Kaina menyelesaikan makannya.

“tangan kananku tidak bisa memegang sendok untuk saat ini”

“tangan kirimu masih berfungsi dengan baik” balas Kaina.

Tangan kiri Aksa segera meraih ponsel di dalam sakunya.

“bagaimana ini, tangan kiriku sedang sibuk membalas oesan”

Dengan berat hati Kaina mulai menyuapi Aksa yang terlihat seperti bayi besar.

Senyuman terlukis di bibir Aksa setelah menerima suapan dari Kaina.

“kenapa makanan ini jadi terasa nikmat jika kamu yang menyuapiku”

Kaina tak membalas ucapan Aksa dan kembali menyuapi Aksa, namun sebuah pikiran terbesit di kepalanya.

Aksa mengatakan bahwa makanan terasa nikmat jika di suapi oleh Kaina, lalu apakah Aksa masih bisa mengatakan nikmat, jika Kaina hanya menyuapkan nasi dengan sambal?

Aksa tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan Kaina saat ini, ia hanya dengan senang hati menerima suapan yang diberikan oleh Kaina.

Aksa masih bisa tersenyum, bahkan senyuman itu jadi terlihat menyeramkan di mata Kaina.

Kaina tau Aksa pasti merasakan rasa pedas pada suapan yang ia berikan ini, namun mengapa ia malah tersenyum seperti itu?

Prank

Mangkok berisi sambal itu sudah berceceran di lantai membuat Kaina terkejut dibuatnya.

“kenapa diam?” tegur Aksa yang melihat Kaina tidak segera menyuapkan makanannya kembali.

Dengan rasa takut Kaina menyuapi Aksa kembali.

Setelah makanan yang ada di piring Aksa habis, Kaina hendak membersihkan meja makan. Namun niatnya itu dicegah oleh Aksa.

“aku belum selesai makan”

“mau tambah nasi?” tanya Kaina.

“iya, tambahkan nasi yang banyak. Entah mengapa malam ini aku merasa sanga lapar”

Dan lagi, Kaina hanya bisa mengikuti kemauan Aksa yang sangat tidak bisa di bantah ini.

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Arjun, sisi itu tidak bertahan lama.