Pulang

by : tulisanbucin

Tepat pukul 10 malam Aksa sudah sampai di halaman rumah orang tuanya, rumah yang pernah menjadi istana untuknya.

Seorang pelayan menyambut kedatangan Aksa dan memberitahukan keberadaan bunda Aksa.

Ternyata bunda tertidur diruang tengah sambil menunggu kedatangan Aksa.

Aksa duduk di lantai beralaskan karpet sembari memperhatikan wajah sang bunda. Bundanya masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak 40an.

“bunda, kenapa nunggu Aksa disini? Harusnya bunda tidur di kamar” lirih Aksa sembari mengusap tangan sang bunda.

Ternyata usapan tersebut mampu membuat sang bunda terbangun.

“Aksa, sudah datang nak?”

Bunda bangun dan langsung memeluk Aksa yang berada di hadapannya.

“bunda kangen banget sama kamu nak, Aksa kangen bunda juga kan?”

Aksa tak membalas dengan ucapannya, hanya sebuah anggukan kepala dan pelukan yang semakin mengerat. Aksa membalas pelukan bunda dengan penuh kerinduan. Pelukan hangat itu akhirnya ia rasakan kembali.

“bunda kenapa disini sendirian?” tanya Aksa sembari melepas pelan pelukan bundanya.

“ayah lagi dinas keluar kota, lusa baru pulang”

“ayahku sudah meninggal”

“ayah Jeffrey” jelas bunda kembali.

Bunda membawa Aksa yang masih bersimpuh di hadapannya untuk duduk disebelahnya.

“bagaimana kabarmu nak?”

“harusnya Aksa yang menanyakan itu, bagaimana kabar bunda?”

“bunda tidak pernah baik-baik saja semenjak kamu pergi dari rumah ini”

Aksa yang mendengar itu berusaha mengalihkan pandangannya.

“Aksa, setiap hari bunda selalu memikirkan apa yang sedang kamu lakukan”

“Aksa baik-baik saja, bunda tidak perlu khawatir. Bunda juga harus hidup dengan baik, meskipun tanpa Aksa”

Bunda menggelengkan kepalanya dan menangkup kedua pipi Aksa.

“bunda selalu menunggu kamu pulang nak” ucap bunda sembari mencium kedua pipi Aksa.

Aksa tidak pernah menolak jika bundanya melakukan hal itu padanya. Dari dulu bunda dan ayahnya memang selalu melakukan hal itu padanya.

“pipi kamu kenapa jadi kurus begini, kamu nggak rutin makan ya?”

“Aksa makan dengan baik, cuma akhir akhir ini Aksa sedang workout”

“workout? Nanti perut bayi Aksa hilang dong?”

“sudah hilang”

“padahal dulu bunda suka banget nyubit perut bayi kamu, sekarang udah gaada lagi”

Aksa hanya membalas dengan senyuman hangatnya.

“sudah malam, ayo Aksa antar bunda ke kamar”

“bunda masih kangen sama Aksa..”

Aksa terdiam, menunggu bundanya melanjutkan ucapannya kembali.

“apa boleh bunda tidur sama Aksa untuk malam ini?”


Pagi harinya bunda membangunkan Aksa untuk ikut sarapan bersama. Awalnya Aksa tidak mau namun bunda memintanya untuk makan karena bunda sudah memasak banyak makanan yang Aksa sukai.

Di meja makan sudah ada Jeffrey yang duduk di kursi kepala keluarga.

Aksa tersenyum miris, dahulu ia sering duduk dipangkuan ayahnya ketika makan. Sekarang kursi itu sudah ditempati oleh orang lain.

“ayah langsung memesan penerbangan malam tadi ketika bunda bilang Aksa mau pulang ke rumah” jelas Jeffrey.

Aksa hanya menganggukkan kepalanya sembari menyuapkan makanan ke mulutnya. Masakan bunda memang sangat Aksa rindukan. Sudah lama ia tidak memakan masakan bundanya. Apa mungkin karena bunda yang membuatnya menjadikan rasanya menjadi berbeda. Padahal Aksa sering memakan menu yang sama seperti yang ia makan saat ini, tetapi entah mengapa rasanya berbeda.

“bagaimana kabarmu?” tanya Jeffrey.

Namun tidak dibalas oleh Aksa, Aksa malah fokus menambahkan beberapa lauk ke dalam piringnya.

“enak ya nak? Makan yang banyak ya” ucap bunda dan diangguki oleh Aksa.

Bunda berusaha menenangkan Jeffrey dan memintanya untuk bersabar menghadapi Aksa.

Hanya terdengar suara dentingan alat makan, semenjak Aksa tidak menjawab obrolan yang dimulai oleh Jeffrey.

Setelah acara makan pagi selesai, hidangan penutup di sajikan dan Jeffrey mencoba memulai obrolan kembali.

“tinggallah disini, bunda sangat merindukanmu setiap hari. Apa kamu tidak merindukan bundamu?”

“bagaimana bisa seorang anak tidak merindukan sosok ibu disampingnya? Kau yang membuatku kehilangan sosok bunda disampingku”

“Aksa..” sela bunda.

“apakah begini caramu berbicara dengan ayahmu?” tegas Jeffrey.

“hei, kau memang suami bundaku tapi bukan ayahku. Jadi jangan bersikap seperti seorang ayah untukku, kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisi ayah kandungku” balas Aksa yang melihat Jeffrey tengah mengepalkan tangannya.

Setelah itu Aksa kembali ke kamarnya dan tidak menghiraukan panggilan bundanya.

Ia tau ayah tirinya ini sedang berpura-pura baik dihadapan bundanya.