Cincin
by : tulisanbucin
Tidak ada percakapan sama sekali selama diperjalanan pulang. Setelah Aksa yang tiba-tiba datang menjemput Kaina, membuat Kaina tidak enak hati dengan keluarga Juan. Apalagi hari ini bertepatan dengan ulang tahun bundanya Juan.
Aksa masih mengikuti Kaina yang masuk ke dalam lift. Di dalam lift Aksa hanya menatap Kaina yang nampak masih memikirkan makan malamnya tadi.
“singkirkan kakimu” ucap Kaina ketika Aksa berhasil menghalangi pintu Kaina yang akan tertutup dengan kakinya.
Setelah keluar dari lift tadi Kaina memang sudah terburu-buru untuk masuk kedalam apartemennya.
Aksa tidak mendengarkan perkataan Kaina dan justru masuk ke dalam apartemen Kaina, tidak lupa meletakkan sepatunya di atas rak.
Kaina mengikuti Aksa yang pergi ke kamar mandi dan malah mencuci tangan disana.
“cuci tangan dulu jika baru sampai rumah”
Setelah mengatakan itu Aksa melepas jasnya dan merebahkan tubuhnya di kasur Kaina.
“Aksa, pulanglah”
“aku mengantuk, ingin tidur disini saja” ucapnya sembari memeluk guling Kaina.
Kaina yang tau jika ucapannya tidak akan berpengaruh apapun akhirnya memilih untuk keluar dari kamarnya.
Setelah menyelesaikan mandi, Kaina lanjut mengerjakan beberapa tugasnya di ruang tengah.
Tepat pukul 11 malam mata Kaina sudah merasakan kantuk.
Saat masuk ke kamarnya ia melihat Aksa masih dengan posisinya tadi, tidur dengan memeluk guling.
Kaina hendak mengambil bantalnya dan tidur di sofa ruang tengah.
Namun tangannya segera di raih oleh Aksa dan ditarik untuk tidur disebelahnya.
“tidur disini saja”
“gamau” Kaina berusaha memberontak namun Aksa malah semakin mengeratkan pelukannya. Aksa memeluk guling dan Kaina sekaligus.
“aku tetap disini, tapi lepasin” pinta Kaina yang akhirnya mengalah.
Aksa yang mendengar itu langsung melonggarkan pelukannya.
Mereka tidur di kasur yan sama dengan guling yang menjadi pembatas di antara mereka berdua.
Aksa meraih tangan Kaina yang sontak membuat Kaina terkejut.
“mau ngapain?” tanya Kaina.
Aksa mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna abu-abu dari sakunya dan mengambil salah satu cincin untuk di sematkan di jari Kaina.
“aku kan udah bilang gamau”
Kaina menarik tangannya kemabli, namun Aksa dengan telaten meraihnya kembali dan memasangkan cincin itu.
“lihat, sangat cocok bukan di jarimu?”
Kaina menatap Aksa yang tengah meminta pendapat padanya.
Kaina melepaskan genggaman Aksa dan memperhatikan cincin yang ada di jari manisnya.
Cincin itu memang cantik dan terlihat sangat mahal. Kaina tidak pernah menggunakan barang semewah itu sebelumnya.
Namun tiba-tiba pikiran Kaina terbawa ke masa lalu. Dengan masih memperhatikan jarinya yang tersemat sebuah cincin.
“dulu kau juga memasangkan cincin di jari ini, cincin dari rumput yang kau buat sambil menunggu aku pulang sekolah” ucap Kaina lirih namun masih dapat di dengar oleh Aksa.
“apa kau mengingatnya?”
Kaina tidak menyadari apa yang ia ucapkan barusan dan itu tentu membuat mereka berdua saling terkejut.
Kaina bukan terkejut oleh pertanyaan yang Aksa berikan, melainkan dengan ucapannya sendiri.
Malam itu, sepotong memori masa lalu mereka kembali.