tulisanbucin

by : tulisanbucin

Arjun mencoba menghadang Aksa yang sudah membawa kapak di tangannya, sepertinya ia hendak merobohkan pintu kamar Kaina.

“lebih baik kita bereskan terlebih dahulu penghalang yang Kaina buat didepan pintu, apa kau tega membuatnya membereskannya sendiri?”

Aksa awalnya sudah emosi dan langsung mengambil kapak yang ada di apartemennya. Namun ucapan Arjun membuatnya tersadar. Mungkin memang dia benar-benar harus mengendalikan dirinya sendiri mulai dari sekarang.

Kapak di tangan Aksa sudah berpindah tangan di tangan Arjun. Segera Arjun menyimpannya dan menuntun Aksa untuk membantunya merapikan apartemen Kaina.

Setelah dirasa semuanya sudah rapi Arjun pamit untuk keluar terlebih dahulu.

“aku keluar dulu, kau juga harus pulang”

Setelah mengucapkan itu Arjun pergi dan meninggalkan Aksa sendiri di apartemen Kaina.


Di dalam kamar Kaina mendengar suara meja dan kursi yang berdecit. Ia yakin Aksa dan Arjun yang melakukan itu semua. Tak berapa lama suara pintu terbuka dan tertutup kembali.

Kaina juga mulai membereskan penghalang di depan pintu kamarnya yang sebelumnya ia buat. Saat membuka pintu kamarnya ia tidak melihat siapapun di dalam apartemennya dan juga apartemennya sudah dalam keadaan rapi seperti semula.

Di meja makan juga sudah ada nampan berisi jus dan makanan yang tadi Aksa ingin berikan padanya.

Suara langkah kaki mulai mendekati Kaina, tak berapa lama suara langkah kaki itu berhenti tepat dibelakangnya.

Kaina merasakan tangan melingkar diperutnya dan hembusan nafas seseorang di belakang lehernya.

“bukankah aku sudah mengusirmu?”

“kamu tidak punya hak untuk mengusirku” balas Aksa.

“bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?” Kaina masih enggan untuk menatap lawan bicaranya.

“aku tidak tau ini sesuai dengan seleramu atau tidak, tapi masakan Arjun cukup enak kok” ucap Aksa mencoba mengalihkan pembicaraan.

“apa kau sedang mengalihkan pembicaraan?”

“mungkin” balas Aksa dan semakin mengeratkan pelukannya.

“kamu belum mandi tapi masih wangi” ucap Aksa yang kini tengah menghirup leher Kaina.

“a-pa ini yang sebenarnya kau inginkan dariku? Kau hanya menginginkan tubuhku kan?” ucap Kaina mulai terbata-bata.

“mengapa kamu bicara seperti itu?” Aksa menjauhkan wajahnya dan berbisik di telinga Kaina, terdengar dingin namun penuh penekanan di setiap ucapannya.

“aku tidak pernah berpikir seperti itu” ucapnya lagi.

Aksa membalikkan tubuh Kaina dan mengangkat dagunya hingga tatapan mereka saling bertemu.

“apa selama ini kamu berpikir seperti itu?”

“iya, lalu apa lagi?”

“bisakah kamu tidak berpikiran hal yang buruk tentangku?”

“tidak bisa”

Aksa masih terpikirkan oleh perkataan Arjun tadi, ia harus menjadi Aksa yang Kaina kenal bukan Aksa yang hadir dalam diri orang lain.

“makan dan istirahat, kamu besok harus sekolah aku akan meminta Arjun mengantarmu besok”

“tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri kau cukup pergi dari hadapanku sekarang”

Aksa tak membalas ucapan Kaina dan pergi berlalu meninggalkan Kaina sendirian.


Di apartemennya, Aksa hanya terduduk lemas di pojok kamarnya. Sembari memeluk kedua lututnya, ia memukul kepalanya seperti melampiaskan kemarahannya.

“aku sangat mencintaimu, Kaina” lirihnya yang tanpa sadar meneteskan air mata.

Aksa terlihat seperti kehilangan akal sehatnya jika Kaina menunjukkan rasa benci di hadapannya. Arah hidupnya seakan hilang, jika Kaina tidak ada disampingnya.

Prank

Akuarium yang ada di meja terjatuh akibat amukan Aksa.

“Tuhan, kau tidak bisa terus membuatku menderita” ucapnya sembari menatap foto masa kecilnya bersama kaina.

by : tulisanbucin

Arjun mencoba menghadang Aksa yang sudah membawa kapak di tangannya, sepertinya ia hendak merobohkan pintu kamar Kaina.

“lebih baik kita bereskan terlebih dahulu penghalang yang Kaina buat didepan pintu, apa kau tega membuatnya membereskannya sendiri?”

Aksa awalnya sudah emosi dan langsung mengambil kapak yang ada di apartemennya. Namun ucapan Arjun membuatnya tersadar. Mungkin memang dia benar-benar harus mengendalikan dirinya sendiri mulai dari sekarang.

Kapak di tangan Aksa sudah berpindah tangan di tangan Arjun. Segera Arjun menyimpannya dan menuntun Aksa untuk membantunya merapikan apartemen Kaina.

Setelah dirasa semuanya sudah rapi Arjun pamit untuk keluar terlebih dahulu.

“aku keluar dulu, kau juga harus pulang”

Setelah mengucapkan itu Arjun pergi dan meninggalkan Aksa sendiri di apartemen Kaina.


Di dalam kamar Kaina mendengar suara meja dan kursi yang berdecit. Ia yakin Aksa dan Arjun yang melakukan itu semua. Tak berapa lama suara pintu terbuka dan tertutup kembali.

Kaina juga mulai membereskan penghalang di depan pintu kamarnya yang sebelumnya ia buat. Saat membuka pintu kamarnya ia tidak melihat siapapun di dalam apartemennya dan juga apartemennya sudah dalam keadaan rapi seperti semula.

Di meja makan juga sudah ada nampan berisi jus dan makanan yang tadi Aksa ingin berikan padanya.

Suara langkah kaki mulai mendekati Kaina, tak berapa lama suara langkah kaki itu berhenti tepat dibelakangnya.

Kaina merasakan tangan melingkar diperutnya dan hembusan nafas seseorang di belakang lehernya.

“bukankah aku sudah mengusirmu?”

“kamu tidak punya hak untuk mengusirku” balas Aksa.

“bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?” Kaina masih enggan untuk menatap lawan bicaranya.

“aku tidak tau ini sesuai dengan seleramu atau tidak, tapi masakan Arjun cukup enak kok” ucap Aksa mencoba mengalihkan pembicaraan.

“apa kau sedang mengalihkan pembicaraan?”

“mungkin” balas Aksa dan semakin mengeratkan pelukannya.

“kamu belum mandi tapi masih wangi” ucap Aksa yang kini tengah menghirup leher Kaina.

“a-pa ini yang sebenarnya kau inginkan dariku? Kau hanya menginginkan tubuhku kan?” ucap Kaina mulai terbata-bata.

“mengapa kamu bicara seperti itu?” Aksa menjauhkan wajahnya dan berbisik di telinga Kaina, terdengar dingin namun penuh penekanan di setiap ucapannya.

“aku tidak pernah berpikir seperti itu” ucapnya lagi.

Aksa membalikkan tubuh Kaina dan mengangkat dagunya hingga tatapan mereka saling bertemu.

“apa selama ini kamu berpikir seperti itu?”

“iya, lalu apa lagi?”

“bisakah kamu tidak berpikiran hal yang buruk tentangku?”

“tidak bisa”

Aksa masih terpikirkan oleh perkataan Arjun tadi, ia harus menjadi Aksa yang Kaina kenal bukan Aksa yang hadir dalam diri orang lain.

“makan dan istirahat, kamu besok harus sekolah aku akan meminta Arjun mengantarmu besok”

“tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri kau cukup pergi dari hadapanku sekarang”

Aksa tak membalas ucapan Kaina dan pergi berlalu meninggalkan Kaina sendirian.


Di apartemennya, Aksa hanya terduduk lemas di pojok kamarnya. Sembari memeluk kedua lututnya, ia memukul kepalanya seperti melampiaskan kemarahannya.

“aku sangat mencintaimu, Kaina” lirihnya yang tanpa sadar meneteskan air mata.

Aksa terlihat seperti kehilangan akal sehatnya jika Kaina menunjukkan rasa benci di hadapannya. Arah hidupnya seakan hilang, jika Kaina tidak ada disampingnya.

Prank

Akuarium yang ada di meja terjatuh akibat amukan Aksa.

“Tuhan, kau tidak bisa terus membuatku menderita” ucapnya sembari menatap foto masa kecilnya bersama kaina.

by : tulisanbucin

Jeffrey menurunkan Kaina di depan gedung apartemennya.

“terimakasih” ucap Kaina.

“tidak masalah, saya juga berterimakasih banyak”

“untuk apa? Saya tidak melakukan apapun”

“tidak apa-apa”

Setelah itu Kaina turun dari mobil Jeffrey tak lupa ia menundukkan kepala sebagai salam sebelum Jeffrey melajukan mobilnya. Pikirannya tiba-tiba kembali mengingat mengenai permintaan ayah tiri Aksa tadi.

“bisakah saya meminta tolong untuk mengabari keadaan Aksa setiap hari?

“kenapa aku harus melakukan itu, jika aku melakukannya berarti aku juga melakukan hal yang sama seperti yang Aksa lakukan padaku” monolog Kaina.

Kaina mencoba tidak memikirkan permintaan ayah tiri Aksa dan mulai berlari ke lobby. Karena tujuan awalnya adalah menemui Juan.

“Juan..” panggil Kaina yang sudah berada di pintu lobby. Dan sang pemilik namapun menoleh ketika namanya dipanggil.

Kaina menghampiri Juan.

“ayo aku jelasin semuanya” ucap Kaina sembari menuntun Juan untuk menaiki lift.

Sedari tadi Juan hanya diam namun tatapannya hanya tertuju pada Kaina. Bahkan dari lift hingga masuk ke apartemen, ia hanya menatap Kaina dalam diam.

Kaina mengajak Juan duduk di ruang tengah namun saat ia hendak mengambilkan minuman di dapur Juan mengikutinya.

“aku cuma ambil minum”

“aku ikut” ucap Juan. Akhirnya setelah mendiamkan Kaina satu kalimat keluar dari mulutnya.

Kaina membuatkan latte kesukaan Juan dengan Juan yang ada di hadapannya. Juan masih setia menatap dan memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan Kaina.

Hingga suara bel apartemen Kaina menghentikan aktivitas Kaina.

“sebentar ya Juan, aku lihat dulu siapa yang datang”

“hmm”

Saat Kaina membuka pintu, ia melihat Aksa sudah berdiri dihadapannya dengan kemeja yang sudah tidak rapi dan rambut acak-acakan. Keringat juga membasahi wajah Aksa.

Melihat orang yang dicari sudah ada didepan mata, Aksa langsung memeluk Kaina dengan erat. Tangannya mengusap punggung dan kepala Kaina dengan lembut.

“kamu dari mana saja?”

“lepasin dulu aku sesak”

“siapa yang menyuruhmu pergi?”

“Aksa lepas dulu”

“aku tidak suka kamu pergi begitu saja tanpa berpamitan denganku”

“Aksa..”

“kalian ngapain?” interupsi Juan membuat Kaina berusaha mendorong tubuh Aksa.

“jangan hilang lagi, ini perintah” bisik Aksa sebelum melepaskan pelukan Kaina.

“Juan..” Kaina melihat Juan sudah berdiri dibelakangnya dan menyaksikan Aksa memeluk Kaina.

“sepertinya lo gausah jelasin apa-apa Na, gue udah paham sekarang”

“Juan, aku belum..”

Juan memotong ucapan Kaina yang ingin memberi penjelasan.

“gue pulang ya, gue ga marah kok. Have fun ya Na”

Sebelum pergi Juan meraih tas ranselnya dan menghampiri Aksa.

“jangan pernah sakiti Kaina, atau lo berurusan sama gue” bisik Juan saat melewati Aksa.

Setelah itu Juan pergi, namun Kaina meraih tangan Juan dan menggenggamnya, mencegah Juan pergi sebelum mendengarkan penjelasan darinya.

“ga perlu khawatir Na, gue cuma pulang kerumah kok, ga pergi dari hidup lo. Udah sana masuk gue mau pulang”

Juan tersenyum sebelum pintu lift tertutup, dan saat itu juga Kaina menghampiri Aksa dan menampar pipi Aksa. Namun aksa tak bergeming sedikitpun, membiarkan Kaina melakukan apa yang ingin ia lakukan, meluapkan emosinya pada Aksa. Kaina memukuli dada Aksa sambil menangis.

“kau sudah membuatku banyak kehilangan hiks hiks” racau Kaina.

“kamu tidak akan pernah kehilanganku” balas Aksa.

Mendengar ucapan Aksa, Kaina langsung menatapnya tajam.

“PERGI!” teriak Kaina tepat dihadapan Aksa.

Blam

Pintu ditutup dengan keras oleh Kaina. Aksa mendengar suara meja dan kursi yang berdecit. Sepertinya Kaina hendak menutup akses pintu masuk untuk Aksa.

by : tulisanbucin

Setelah mendapatkan pesan dari Arjun, Aksa bergegas mengendarai mobilnya menuju rumah lamanya.

Tak perlu waktu lama, mobil Aksa sudah terparkir di halaman rumah yang sangat luas.

Meskipun ia tengah menghawatirkan keadaan Kaina, namun ia tetap tenang dengan tatapan dinginnya.

Pelayan membukakan pintu untuk Aksa dan Aksa segera menuju ke ruang tengah.

Benar, disana sudah ada bunda dan ayah tirinya tengah mengobrol dengan menikmati secangkir teh.

Bugh

Satu pukulan membuat Jeffrey, ayah tiri Aksa terjatuh dari sofa.

“AKSA!” teriak bunda karena terkejut melihat aksi Aksa dan berusaha melerai Aksa yang tengah memukul Jeffrey tanpa ampun.

“Aksa tenang, ada apa nak ayo sini cerita sama bunda dulu” ucap bunda lembut.

“bunda diam dulu, urusan aku sama laki-laki brengsek dan kurang ajar ini” balas Aksa dingin.

“apa maksud kamu, kenapa memanggil ayah kamu seperti itu?”

“ayah? Dia memang suami bunda tapi bukan ayahku”

Aksa kembali menarik kerah kemeja Jeffrey.

“dimana kau membawanya? Apa tidak cukup kau mengambil bunda dariku? HAH?!”

“ayah tidak tau maksudmu, membawa apa?”

“dimana kau membawa Kaina!” teriak Aksa dan memberikan satu pukulan lagi di wajah Jeffrey.

“Aksa, ayah hanya mengantarkan Kaina pulang ke apartemennya nak” jelas bunda.

Aksa menatap bundanya yang berada disamping tubuhnya. Bundanya masih memeluknya dari samping sembari berusaha melepaskan Jeffrey dari kungkungan Aksa.

“tadi ayah cerita, Kaina ingin pulang jadi ayah anterin Kaina pulang dulu baru jemput bunda” jelas bunda lagi.

Aksa mulai melepaskan cengkeraman pada leher Jeffrey.

Setelah itu ia berdiri dan hendak pergi dari rumahnya. Namun bunda meraih tangan Aksa dan menggenggamnya erat.

“Aksa tidak rindu dengan bunda?” tanya bunda dengan lembut.

Aksa melepaskan genggaman bundanya dan memilih pergi untuk menemui gadisnya.

by : tulisanbucin

Setelah mendapatkan pesan dari Arjun, Aksa bergegas mengendarai mobilnya menuju rumah lamanya.

Tak perlu waktu lama, mobil Aksa sudah terparkir di halaman rumah yang sangat luas itu.

Meskipun ia tengah menghawatirkan keadaan Kaina, namun ia tetap tenang dengan tatapan dinginnya.

Pelayan membukakan pintu untuk Aksa dan Aksa segera menuju ke ruang tengah.

Benar, disana sudah ada bunda dan ayah tirinya tengah mengobrol dengan menikmati secangkir teh.

Bugh

Satu pukulan membuat Jeffrey, ayah tiri Aksa terjatuh dari sofa.

“AKSA!” teriak bunda karena terkejut melihat aksi Aksa dan berusaha melerai Aksa yang tengah memukul Jeffrey tanpa ampun.

“Aksa tenang, ada apa nak ayo sini cerita sama bunda dulu” ucap bunda lembut.

“bunda diam dulu, urusan aku sama laki-laki brengsek dan kurang ajar ini” balas Aksa dingin.

“apa maksud kamu, kenapa memanggil ayah kamu seperti itu?”

“ayah? Dia memang suami bunda tapi bukan ayahku”

Aksa kembali menarik kerah kemeja Jeffrey.

“dimana kau membawanya? Apa tidak cukup kau mengambil bunda dariku? HAH?!”

“ayah tidak tau maksudmu, membawa apa?”

“dimana kau membawa Kaina!” teriak Aksa dan memberikan satu pukulan lagi di wajah Jeffrey.

“Aksa, ayah hanya mengantarkan Kaina pulang ke apartemennya nak” jelas bunda.

Aksa menatap bundanya yang berada disamping tubuhnya. Bundanya masih memeluknya dari samping sembari berusaha melepaskan Jeffrey dari kungkungan Aksa.

“tadi ayah cerita, Kaina ingin pulang jadi ayah anterin Kaina pulang dulu baru jemput bunda” jelas bunda lagi.

Aksa mulai melepaskan cengkeraman pada leher Jeffrey.

Setelah itu ia berdiri dan hendak pergi dari rumahnya. Namun bunda meraih tangan Aksa dan menggenggamnya erat.

“Aksa tidak rindu dengan bunda?” tanya bunda dengan lembut.

Aksa melepaskan genggaman bundanya dan memilih pergi untuk menemui gadisnya.

by : tulisanbucin

Ternyata Arjun juga tidak dapat memberi solusi untuk Kaina. Sekarang Kaina sedang berdiri di balkon ruangan kerja Aksa yang berada di lantai 27.

“kalo aku nekat turun yang ada aku malah ketemu sama mamah papah” gumam Kaina.

Kriet..

Suara pintu terbuka, Kaina langsung keluar dari balkon dan menuju sumber suara.

“Aks..a, anda siapa?” tanya Kaina saat mendapati bukan Aksa yang membuka pintu.

Laki-laki berusia sekitar 40 tahunan itu tersenyum ramah pada Kaina.

“Aksa belum kembali ya?” tanya laki-laki tersebut.

“iya”

“kamu temannya Aksa?”

“iya”

“Aksa masih menjadi pemimpin rapat saat ini, dia bilang kamu ingin pulang, apa benar?”

“iya, tapi anda siapa?”

Laki-laki tersebut mengulurkan tangannya.

“saya Jeffrey, ayah Aksa”

Deg

Kaina teringat dahulu aksa pernah bercerita bahwa bundanya menikah kembali setelah ayahnya meninggal.

Kaina dengan ragu membalas uluran tangan tersebut.

“Kaina” balas Kaina.

“nama yang indah Kaina. Oh iya kebetulan saya akan menjemput bundanya Aksa untuk pulang. Saya bisa sekalian mengantarkan kamu” tawar Jeffrey.

“tapi Aksa tidak bilang apa-apa” balas Kaina.

Memang benar, bahkan Aksa tidak berkata apapun padanya tadi, dan hanya menyuruh Kaina untuk menunggu.

“iya, dia masih sibuk dan sepertinya akan selesai sampai malam nanti. Dia tidak ingin kamu menunggu disini terlalu lama” jelas Jeffrey mengetahui kebimbangan Kaina.

Kaina sempat bimbang, di satu sisi ia ingin cepat pulang dan bertemu Juan. Namun di sisi lain ia tidak mengenal ayah tiri Aksa ini.

“bagaimana?” tanya Jeffrey kembali setelah melihat Kaina cukup lama terdiam setelah mendengar tawarannya tadi.

Tanpa disadari, Kaina menganggukkan kepala. Tanpa ia menyadari arti di balik senyuman laki-laki yang ada didepannya.

by : tulisanbucin

Ternyata Arjun juga tidak dapat memberi solusi untuk Kaina. Sekarang Kaina sedang berdiri di balkon ruangan kerja Aksa yang berada di lantai 27.

“kalo aku nekat turun yang ada aku malah ketemu sama mamah papah” gumam Kaina.

Kriet..

Suara pintu terbuka, Kaina langsung keluar dari balkon dan menuju sumber suara.

“Aks..a, anda siapa?” tanya Kaina saat mendapati bukan Aksa yang membuka pintu.

Laki-laki berusia sekitar 40 tahunan itu tersenyum ramah pada Kaina.

“Aksa belum kembali ya?” tanya laki-laki tersebut.

“iya”

“kamu temannya Aksa?”

“iya”

“Aksa masih menjadi pemimpin rapat saat ini, dia bilang kamu ingin pulang, apa benar?”

“iya, tapi anda siapa?”

Laki-laki tersebut mengulurkan tangannya.

“saya Jeffrey, ayah Aksa”

Deg

Kaina teringat dahulu aksa pernah bercerita bahwa bundanya menikah kembali setelah ayahnya meninggal.

Kaina dengan ragu membalas uluran tangan tersebut.

“kebetulan saya akan menjemput bundanya Aksa untuk pulang. Saya bisa sekalian mengantarkan kamu” tawar Jeffrey.

“tapi Aksa tidak bilang apa-apa” balas Kaina.

Memang benar, bahkan Aksa tidak berkata apapun padanya tadi, dan hanya menyuruh Kaina untuk menunggu.

“iya, dia masih sibuk dan sepertinya akan selesai sampai malam nanti. Dia tidak ingin kamu menunggu disini terlalu lama” jelas Jeffrey mengetahui kebimbangan Kaina.

Kaina sempat bimbang, di satu sisi ia ingin cepat pulang dan bertemu Juan. Namun di sisi lain ia tidak mengenal ayah tiri Aksa ini.

“bagaimana?” tanya Jeffrey kembali setelah melihat Kaina cukup lama terdiam setelah mendengar tawarannya tadi.

Tanpa disadari, Kaina menganggukkan kepala. Tanpa ia menyadari arti di balik senyuman laki-laki yang ada didepannya.

Ternyata Arjun juga tidak dapat memberi solusi untuk Kaina. Sekarang Kaina sedang berdiri di balkon ruangan kerja Aksa yang berada di lantai 27.

“kalo aku nekat turun yang ada aku malah ketemu sama mamah papah” gumam Kaina.

Kriet..

Suara pintu terbuka, Kaina langsung keluar dari balkon dan menuju sumber suara.

“Aks..a, anda siapa?” tanya Kaina saat mendapati bukan Aksa yang membuka pintu.

Laki-laki berusia sekitar 40 tahunan itu tersenyum ramah pada Kaina.

“Aksa belum kembali ya?” tanya laki-laki tersebut.

“iya”

“kamu temannya Aksa?”

“iya”

“Aksa masih menjadi pemimpin rapat saat ini, dia bilang kamu ingin pulang, apa benar?”

“iya, tapi anda siapa?”

Laki-laki tersebut mengulurkan tangannya.

“saya Jeffrey, ayah Aksa”

Deg

Kaina teringat dahulu aksa pernah bercerita bahwa bundanya menikah kembali setelah ayahnya meninggal.

Kaina dengan ragu membalas uluran tangan tersebut.

“kebetulan saya akan menjemput bundanya Aksa untuk pulang. Saya bisa sekalian mengantarkan kamu” tawar Jeffrey.

“tapi Aksa tidak bilang apa-apa” balas Kaina.

Memang benar, bahkan Aksa tidak berkata apapun padanya tadi, dan hanya menyuruh Kaina untuk menunggu.

“iya, dia masih sibuk dan sepertinya akan selesai sampai malam nanti. Dia tidak ingin kamu menunggu disini terlalu lama” jelas Jeffrey mengetahui kebimbangan Kaina.

Kaina sempat bimbang, di satu sisi ia ingin cepat pulang dan bertemu Juan. Namun di sisi lain ia tidak mengenal ayah tiri Aksa ini.

“bagaimana?” tanya Jeffrey kembali setelah melihat Kaina cukup lama terdiam setelah mendengar tawarannya tadi.

Tanpa disadari, Kaina menganggukkan kepala. Tanpa ia menyadari arti di balik senyuman laki-laki yang ada didepannya.

by : tulisanbucin

Sejak keluar dari apartemen Kaina, Nathan merasa sedang diikuti oleh seseorang. Bahkan hingga ia keluar dari gedung ia masih merasakan ada seseorang yang mengintainya.

Mulai merasa ada yang tidak beres, Nathan pun hendak menjebak orang yang mengikutinya ini.

Namun saat sudah mendekati gang buntu, orang yang mengikutinya itu menghilang. Sepertinya ia sangat cerdas hingga dapat membaca situasi. Nathan pun gagal menjebak orang yang mengikutinya tersebut.


Sesampainya di rumah, Nathan bergegas membersihkan diri dan masuk ke kamarnya.

Di dalam kamar Nathan langsung menuju meja belajarnya dan meraih sebuah buku catatan kecil yang ia sembunyikan diantara beberapa tumpukan buku.

Nathan menuliskan sesuatu di buku catatan tersebut. Buku tersebut ternyata berisi catatan investigasi yang ia lakukan sendiri tanpa sepengetahuan Kaina.

Ia melakukan ini semua karena tidak menemui titik terang setelah terjadinya insiden kamera penyadap di dalam kotak musik dan orang misterius yang keluar dari apartemen Kaina.

Ditambah oleh penjelasan Kaina mengenai pesan misterius yang selalu Kaina terima.

Nathan juga telah mencoret satu nama dari daftar tersangkanya, Juan. Nathan menemukan sebuah pesan yang ditulis oleh Kaina di ponselnya ketika ia pertama kali masuk rumah sakit. Pesan itu berisi bahwa Juan bukanlah pelakunya. Jika Kaina sudah mengatakan seperti itu berarti Kaina telah memiliki bukti bahwa bukan Juan pelakunya.

Nathan juga akhirnya menyadari mengapa kecelakaan itu bisa menimpa ayah dan dirinya. Orang misterius itu hendak menyingkirkan orang disekitar Kaina.

“hari ini orang misterius itu mengikutiku. Dari postur tubuhnya sama seperti laki-laki yang aku kejar waktu itu. Namun, dari postur tubuhnya sangat berbeda dengan laki-laki yang selalu mengunjungi apartemen Kaina. Berarti tidak hanya 1 orang. Lalu apakah salah satunya adalah tangan kanannya?” tulis Nathan di buku catatannya.

“untung saja dulu sebelum kecelakaan aku sempat menaruh beberapa kamera pengintai di apartemen Kaina. Meskipun dengan posisi yang cukup asal-asalan karena aku terburu-buru. Tapi dulu aku taruh berapa kamera ya di apartemen Kaina. Aku baru sempat ambil salah satu yang ada di ruang tengah, sisanya dulu aku taruh dimana aja ya?” monolog Nathan.

Nathan menonton ulang salah satu video dari kamera yang ia pasang di apartemen Kaina. Di video tersebut hanya ditampilkan gambaran orang misterius itu yang tengah berjalan melewati ruang tengah menuju kamar Kaina. Dan gambaran orang misterius itu hanya tampak bagian perut hingga kaki.

“sialan”

“aku harus balik lagi ke apartemen Kaina, aku harus cari kamera yang lain”

by : tulisanbucin

Sejak keluar dari apartemen Kaina, Nathan merasa sedang diikuti oleh seseorang. Bahkan hingga ia keluar dari gedung ia masih merasakan ada seseorang yang mengintainya.

Mulai merasa ada yang tidak beres, Nathan pun hendak menjebak orang yang mengikutinya ini.

Namun saat sudah mendekati gang buntu, orang yang mengikutinya itu menghilang. Sepertinya ia sangat cerdas hingga dapat membaca situasi. Nathan pun gagal menjebak orang yang mengikutinya tersebut.


Sesampainya di rumah, Nathan bergegas membersihkan diri dan masuk ke kamarnya.

Di dalam kamar Nathan langsung menuju meja belajarnya dan meraih sebuah buku catatan kecil yang ia sembunyikan diantara beberapa tumpukan buku.

Nathan menuliskan sesuatu di buku catatan tersebut. Buku tersebut ternyata berisi catatan investigasi yang ia lakukan sendiri tanpa sepengetahuan Kaina, setelah terjadi insiden kamera penyadap di dalam kotak musik dan orang misterius yang keluar dari apartemen Kaina. Ditambah oleh penjelasan Kaina mengenai pesan misterius yang selalu Kaina terima.

“hari ini orang misterius itu mengikutiku. Dari postur tubuhnya sama seperti laki-laki yang aku kejar waktu itu. Namun, dari postur tubuhnya sangat berbeda dengan laki-laki yang selalu mengunjungi apartemen Kaina. Berarti tidak hanya 1 orang. Lalu apakah salah satunya adalah tangan kanannya?” tulis Nathan di buku catatannya.

“untung saja dulu sebelum kecelakaan aku sempat menaruh beberapa kamera pengintai di apartemen Kaina. Meskipun dengan posisi yang cukup asal-asalan karena aku terburu-buru. Tapi dulu aku taruh berapa kamera ya di apartemen Kaina. Aku baru sempat ambil salah satu yang ada di ruang tengah, sisanya dulu aku taruh dimana aja ya?” monolog Nathan.

Nathan menonton ulang salah satu video dari kamera yang ia pasang di apartemen Kaina. Di video tersebut hanya ditampilkan gambaran orang misterius itu yang tengah berjalan melewati ruang tengah menuju kamar Kaina. Dan gambaran orang misterius itu hanya tampak bagian perut hingga kaki.

“sialan”

“aku harus balik lagi ke apartemen Kaina, aku harus cari kamera yang lainnya”