Juan, maaf..
by : tulisanbucin
Jeffrey menurunkan Kaina di depan gedung apartemennya.
“terimakasih” ucap Kaina.
“tidak masalah, saya juga berterimakasih banyak”
“untuk apa? Saya tidak melakukan apapun”
“tidak apa-apa”
Setelah itu Kaina turun dari mobil Jeffrey tak lupa ia menundukkan kepala sebagai salam sebelum Jeffrey melajukan mobilnya. Pikirannya tiba-tiba kembali mengingat mengenai permintaan ayah tiri Aksa tadi.
“bisakah saya meminta tolong untuk mengabari keadaan Aksa setiap hari?“
“kenapa aku harus melakukan itu, jika aku melakukannya berarti aku juga melakukan hal yang sama seperti yang Aksa lakukan padaku” monolog Kaina.
Kaina mencoba tidak memikirkan permintaan ayah tiri Aksa dan mulai berlari ke lobby. Karena tujuan awalnya adalah menemui Juan.
“Juan..” panggil Kaina yang sudah berada di pintu lobby. Dan sang pemilik namapun menoleh ketika namanya dipanggil.
Kaina menghampiri Juan.
“ayo aku jelasin semuanya” ucap Kaina sembari menuntun Juan untuk menaiki lift.
Sedari tadi Juan hanya diam namun tatapannya hanya tertuju pada Kaina. Bahkan dari lift hingga masuk ke apartemen, ia hanya menatap Kaina dalam diam.
Kaina mengajak Juan duduk di ruang tengah namun saat ia hendak mengambilkan minuman di dapur Juan mengikutinya.
“aku cuma ambil minum”
“aku ikut” ucap Juan. Akhirnya setelah mendiamkan Kaina satu kalimat keluar dari mulutnya.
Kaina membuatkan latte kesukaan Juan dengan Juan yang ada di hadapannya. Juan masih setia menatap dan memperhatikan semua kegiatan yang dilakukan Kaina.
Hingga suara bel apartemen Kaina menghentikan aktivitas Kaina.
“sebentar ya Juan, aku lihat dulu siapa yang datang”
“hmm”
Saat Kaina membuka pintu, ia melihat Aksa sudah berdiri dihadapannya dengan kemeja yang sudah tidak rapi dan rambut acak-acakan. Keringat juga membasahi wajah Aksa.
Melihat orang yang dicari sudah ada didepan mata, Aksa langsung memeluk Kaina dengan erat. Tangannya mengusap punggung dan kepala Kaina dengan lembut.
“kamu dari mana saja?”
“lepasin dulu aku sesak”
“siapa yang menyuruhmu pergi?”
“Aksa lepas dulu”
“aku tidak suka kamu pergi begitu saja tanpa berpamitan denganku”
“Aksa..”
“kalian ngapain?” interupsi Juan membuat Kaina berusaha mendorong tubuh Aksa.
“jangan hilang lagi, ini perintah” bisik Aksa sebelum melepaskan pelukan Kaina.
“Juan..” Kaina melihat Juan sudah berdiri dibelakangnya dan menyaksikan Aksa memeluk Kaina.
“sepertinya lo gausah jelasin apa-apa Na, gue udah paham sekarang”
“Juan, aku belum..”
Juan memotong ucapan Kaina yang ingin memberi penjelasan.
“gue pulang ya, gue ga marah kok. Have fun ya Na”
Sebelum pergi Juan meraih tas ranselnya dan menghampiri Aksa.
“jangan pernah sakiti Kaina, atau lo berurusan sama gue” bisik Juan saat melewati Aksa.
Setelah itu Juan pergi, namun Kaina meraih tangan Juan dan menggenggamnya, mencegah Juan pergi sebelum mendengarkan penjelasan darinya.
“ga perlu khawatir Na, gue cuma pulang kerumah kok, ga pergi dari hidup lo. Udah sana masuk gue mau pulang”
Juan tersenyum sebelum pintu lift tertutup, dan saat itu juga Kaina menghampiri Aksa dan menampar pipi Aksa. Namun aksa tak bergeming sedikitpun, membiarkan Kaina melakukan apa yang ingin ia lakukan, meluapkan emosinya pada Aksa. Kaina memukuli dada Aksa sambil menangis.
“kau sudah membuatku banyak kehilangan hiks hiks” racau Kaina.
“kamu tidak akan pernah kehilanganku” balas Aksa.
Mendengar ucapan Aksa, Kaina langsung menatapnya tajam.
“PERGI!” teriak Kaina tepat dihadapan Aksa.
Blam
Pintu ditutup dengan keras oleh Kaina. Aksa mendengar suara meja dan kursi yang berdecit. Sepertinya Kaina hendak menutup akses pintu masuk untuk Aksa.