by : tulisanbucin
Aksa berhasil membawa Kaina pergi dari kafe tempat Kaina bekerja. Bahkan sang manager sendiri yang mengizinkan Kaina untuk pulang lebih cepat.
Sebesar apa kekuasaan Aksa?
Di dalam mobil Kaina hanya duduk sambil melihat luar jendela. Melihat apartemennya baru saja terlewatkan. Kaina tidak tahu, kemana Aksa akan membawanya
“mau makan apa?” Aksa memulai percakapan.
“ga laper”
“di depan ada micidi mau?”
“ga”
“ricis?”
“ga”
“sashi tey?”
“ga”
“maragama?”
“ga, aku gamau apa apa aku mau pulang” balas Kaina sembari menatatp Aksa.
Aksa yang masih fokus menyetir tidak menanggapi perkataan Kaina dan tetap melajukan mobilnya.
Mobil berhenti dipusat perbelanjaan yang cukup besar.
“aku tunggu di mobil aja, kalo mau belanja sendiri aja” balas Kaina setelah sampai diparkiran.
Aksa tidak mendengarkan ucapan Kaina dan berjalan keluar membukakan pintu untuk Kaina.
“kamu tuli?” sarkas Kaina.
Aksa dengan tatapan dinginnya menarik Kaina, pelan namun dapat membuat Kaina langsung keluar dari tempat duduknya.
Aksa menggandeng tangan Kaina, sedangkan yang digandeng hanya terlihat pasrah.
Aksa membawa Kaina ke sebuah toko baju yang mewah dengan brand yang cukup terkenal.
Mereka duduk diruang tunggu sembari menunggu pegawai membawakan contoh pakaian yang dijual di hadapan mereka.
“permisi tuan, ini semua koleksi terbaru dari kami” ucap salah satu pegawai perempuan sembari menunjukkan beberapa model pakaian perempuan.
“cobalah” pinta Aksa pada Kaina yang sedari tadi hanya duduk sambil membuang muka.
“aku tidak butuh semua ini” balas Kaina.
Aksa beralih menatap pegawai perempuan yang berada dihadapannya.
“saya ambil semua untuk istri saya. Meskipun ia tidak mencobanya, pastikan ukuran pakaiannya pas saat dikenakan oleh istri saya nanti”
“baik tuan”
Setelah mendengar perintah Aksa pegawai tersebut segera menggambil beberapa pakaian yang sekiranya cukup untuk Kaina kenakan.
“Aksa apa kau akan terus seperti ini?”
“seperti ini bagaimana?”
Kaina mendekati Aksa dan berbisik ditelinganya.
“sudah cukup kau memasukkan chip ke semua pakaianku, apa kau tidak puas setelah memasukannya ke pakaian dalamku?”
Aksa tersenyum miring dan beralih menatap Kaina yang tepat berada disebelahnya. Bahkan ia mengikis jarak antara ia dengan Kaina.
“ah aku ketahuan lagi” ucapnya sambil diselingi senyuman yang menakutkan menurut Kaina.
Chip tersebut berguna untuk mendeteksi keberadaan Kaina. Aksa dengan segala caranya bisa memasukkan chip yang ukurannya sangat kecil di setiap pakaian Kaina, bahkan termasuk pakaian dalamnya.
Setelah membeli pakaian Aksa membawa Kaina untuk berkeliling pusat perbelanjaan. Meskipun Aksa tahu jika Kaina sangat tidak menikmati acara jalan-jalan itu.
“aku mau duduk disitu aja, aku tunggu disitu kamu kalo mau pergi jalan-jalan lagi silahkan” ucap Kaina sembari melangkah untuk duduk di kursi umum yang disediakan oleh pusat perbelanjaan disana.
Baru saja Kaina duduk, Aksa sudah menarik tangan Kaina untuk berdiri.
“mau es krim?” tawarnya.
“ga”
“boba?”
“ga”
“cake?”
“ga, Aksa aku gamau apa-apa ayo pulang”
Aksa masih saja menawari Kaina sesuatu yang pasti akan berakhir dengan penolakan.
Aksa tak menggubris dan justru membawa Kaina ke kedai es krim.
“Aksa aku sudah bilang kalo aku ga mau” ucap Kaina ketika sudah sampai di depan kedai es krim.
“aku yang mau” balas Aksa.
Setelah membeli es krim, Aksa membawa Kaina ke salah satu rumah makan vip yang ada di dalam pusat perbelanjaan itu.
Sebuah ruangan private yang cukup mewah.
Kaina hanya duduk dihadapan Aksa sembari melihat Aksa menikmati es krimnya.
“mau?” tawar Aksa sembari menyodorkan sesuap es krim.
“ga, kalo udah selesai bilang”
Kaina yang merasa bosan memilih menopang kepalanya dengan tangan dan memejamkan matanya.
Tak berapa lama Kaina kembali membuka suaranya.
“kenapa makananmu lama sekali datangnya, aku lelah”
“saya tidak memesan makanan”
“ha?”
Kaina berusaha menahan emosinya.
“bagaimana bisa? Terus ngapain kesini kalo kamu ga makan?”
“cuma mau makan es krim, daripada diluar. Saya suka disini lebih nyaman”
Jawaban Aksa membuat Kaina kembali tersentak. Bagaimana bisa menyewa ruangan semewah ini hanya untuk makan es krim, yang es krimnya saja ia bawa dari luar.
“apa kamu lelah? Apa masih kurang menangisnya?” tanya Aksa kembali, namun sangat lembut dan dengan intonasi rendah membuat Kaina mulai tersadar.
Tersadar bahwa semenjak datang di rumah makan ini, sikap dan cara Aksa tidak seperti biasanya.
Aksa tersenyum, sangat manis.
Kaina bahkan dibuat terkejut oleh senyuman yang baru saja Aksa berikan. Padahal baru saja ia melihat tatapan dingin Aksa saat membeli es krim.
“kenapa kamu lihat saya seperti itu?” ucap Aksa.
“kamu siapa?” kalimat yang lolos begitu saja dari mulut Kaina yang masih menatap Aksa tanpa berkedip.