Pamit

by : tulisanbucin

Paginya Kaina ikut sarapan bersama Juan dan kedua orang tuanya.

Kaina dan Juan duduk bersebelahan dengan kedua orang tua Juan yang berhadapan dengan mereka.

Kaina semalam tidak bisa tertidur dan hanya memikirkan bagaimana cara untuk berpamitan dengan kedua orang tua Juan. Saat ini sepertinya saat yang tepat untuk meminta izin kepada kedua orang tua Juan.

Kaina juga tidak ingin menundanya, ia takut Aksa akan memiliki rencana buruk lainnya.

“ayah, bunda” panggil Kaina pada ayah Juan.

Ayah dan bunda Juan lah yang meminta Kaina untuk memanggil mereka demikian.

“iya, ada apa nak?” balas ayah dan bunda bersamaan.

Semua mata menjadi tertuju pada Kaina.

“Kaina ingin meminta waktu ayah dan bunda sebentar boleh?”

“boleh dong sayang, lama juga boleh” balas bunda.

Juan yang berada disamping Kaina hanya menatap Kaina bingung, tidak biasanya Kaina seperti ini ketika sarapan.

“Kaina mau mengucapkan banyak terima kasih sama ayah dan bunda yang udah menawarkan Kaina untuk tinggal disini. Bukan maksud, Kaina untuk menolak tawaran ayah dan bunda, tapi Kaina tidak bisa jika seperti ini terus. Kaina harus bisa mulai mandiri menghidupi diri Kaina sendiri. Terima kasih juga buat ayah sama bunda yang udah banyak berperan penting dalam hidup Kaina. Kaina masih bisa merasakan kasih sayang mama dan papa dari ayah dan bunda. Kaina akan sering datang berkunjung untuk menengok ayah dan bunda. Jadi ayah dan bunda tidak perlu khawatir”

“Na..” Juan menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan Kaina.

Ayah dan bunda malah tersenyum.

“sebenarnya ayah ingin sekali menahan Kaina untuk tetap disini, tapi ayah lebih menghargai keputusan yang Kaina buat. Ayah yakin Kaina pasti sudah memikirkan yang terbaik. Tapi tolong ya nak diingat, ini juga rumah kamu, kamu bisa pulang kapanpun kamu mau. Kamu juga bisa meminta tolong kepada ayah dan bunda, tidak perlu sungkan dan tidak perlu merasa direpotkan karena kita tidak merasakan itu. Kaina sudah ayah anggap sebagai anak ayah sendiri” ucap ayah sembari meletakkan sendoknya.

“bunda juga, ikut apa kata hati Kaina aja. Kaina kan yang menjalankan nanti. Bunda cuma bisa dukung dari belakang, tapi ingat jika Kaina lelah dan butuh rumah, pulang ya nak ada bunda sama ayah disini” tambah bunda.

Bunda berdiri dan memeluk Kaina serta mengusap kepala Kaina lembut.

“terima kasih ayah, terima kasih bunda” ucap Kaina sembari membalas pelukan bunda.

Berbeda dengan ayah dan bundanya, Juan justru hanya terdiam dan tidak melanjutkan sarapannya.

“jada diri baik-baik ya nak selama di apartemen” tambah ayah.

“iya ayah”

Setelah itu sarapan dilanjutkan kembali, namun tidak dengan Juan yang hanya mengaduk buburnya tanpa semangat.