Tertidur
by tulisanbucin
Sesampainya di apartemen Kaina langsung membersihkan diri dan mulai memasak. Tak butuh waktu lama hingga masakan sederhananya jadi, nasi goreng. Ia menikmati makan pagi sekaligus makan siangnya sembari menonton tv.
“segarnyaaa” tak lupa ia meneguk segelas es jeruk untuk menghilangkan dahaganya.
Namun tiba tiba Kaina merasa sangat mengantuk. Padahal sebelum makan tadi ia baik baik saja.
“kok aku jadi ngantuk banget ya? Apa karena aku kekenyangan?” gumam Kaina.
Kaina mulai menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Kaina yang sudah tak kuat menahan rasa kantuknya pun akhirnya tertidur dengan tv yang masih menyala.
Tak berapa lama, pintu apartemen Kaina terbuka. Seorang laki laki tersenyum melihat Kaina yang tengah tertidur pulas di sofa.
“aku datang, Kaina” ucapnya dengan senyuman yang tak hilang dari bibirnya.
Segera ia menggendong Kaina dan merebahkan tubuh Kaina di atas kasur. Kemudian ia duduk disebelah kasur dengan pandangan yang tak lepas dari wajah Kaina. Tangannya mengusap pipi Kaina pelan dan mengecup kening Kaina.
“kamu selalu cantik, meskipun sedang tertidur” ucapnya sebelum berlalu untuk meraih sketchbook dari dalam tasnya.
“gambaran waktu kamu tertidur dulu belum selesai, aku lanjutkan sekarang ya” ucapnya dengan manis dihadapan Kaina yang sedang tertidur lelap.
2 jam berlalu dan akhirnya Kaina terbangun.
“hah? Kenapa aku bisa disini? Perasaan aku tadi lagi makan di depan tv” Kaina terbangun dan menyadari bahwa ia sudah berada di kamarnya.
Kaina turun dari kasur dan keluar dari kamar, namun ia tidak menemukan bekas peralatan makannya ditempat semula. Saat pergi ke dapur ia melihat bahwa bekas peralatan makannya sudah tercuci dengan bersih, seperti kebiasaannya setelah makan.
“kayaknya tadi udah aku bersihin dulu deh baru tidur, tidur siang emang bikin aku jadi pelupa” gumam Kaina.
Kaina terkejut setelah melihat jam di dinding.
“sudah lewat jam 5 sore? Yaampun berapa lama aku tidur, aku juga belum kabarin Juan”
Kaina segera meraih tasnya yang masih berada di sofa, mencari ponselnya untuk menghubungi Juan yang kini pasti tengah menunggu kabar darinya.
Di tempat lain, seorang laki laki tengah tersenyum memandangi layar didepannya sembari memeluk sebuah bantal.
“harum tubuhmu masih melekat” ucapnya sambil menghirup bantal bekas tidur Kaina yang tadi ia bawa pergi, sebelumnya ia telah menganti bantal baru untuk Kaina agar tidak menimbulkan kecurigaan.