Selalu begitu

by : tulisanbucin

Kaina tidak menemukan Nathan di dalam apartemennya. Sebenernya dimana anak itu berada? Bukankah tadi ia menyuruhnya untuk segera pulang, tapi saat Kaina sudah sampai ia malah menghilang.

“bisa-bisanya aku lupa isi kulkas” lirih Kaina setelah menghubungi Nathan.

Sambil menunggu kedatangan Nathan, Kaina membereskan beberapa barang Nathan yang berserakan diruang tengah.

Tak berapa lama pintu apartemen terbuka dan menampakan Nathan yang tengah membawa belanjaannya. Cukup banyak dan terlihat kesusahan membawanya. Namun saat Kaina hendak membantunya, Nathan justru menepisnya.

“duduk aja, gue taruh di belakang dulu belanjaannya”

“iya” Kaina hanya menurut dan kembali duduk diruang tengah.

Nathan datang sembari membawa 2 cup minuman, americano untuknya dan matcha frappe untuk Kaina.

Diruang tengah hanya ada suara tv sebagai penghias suasana. Kaina yabg fokus dengan makanannya dan Nathan yang hanya sibuk memperhatikan gerak-gerik Kaina di hadapannya.

Namun saat Kaina mulai memperhatikan tayangan yang ditampilkan di tv, Nathan justru mematikan tv-nya.

“kok dimatiin?”

“lagi ga pengen nonton”

Kaina tak membantah dan mulai menghabiskan matcha frappenya. Bahkan ia juga tidak berusaha meraih remote tv yang ada dihadapan Nathan.

Nathan merasa Kaina sedari tadi hanya mendiamkannya.

“Na..”

“iya?”

“kenapa Aksa?”

“maksudnya?”

*beneran udah yakin? Gue mau ingetin, kalo dia itu penguntit lo selama ini”

Kaina mulai paham dengan arah pembicaraan Nathan.

“aku tau Nat, pasti sulit buat kamu menerima kehadiran Aksa saat ini, karena Aksa sudah memberikan kesan pertemuan yang buruk denganmu”

“gue masih ga rela kalo Aksa bakal jadi sandaran hidup lo”

“sandaran hidup apa sih Nat? Kamu ngomongnya terlalu jauh banget”

“lo selalu denial sama perasaan diri lo sendiri. Terus dan selalu begini. EMANG LO KAYAK BEGINI, NA!”

“Nat..” balas Kaina lirih.

“gausah ngomong aja deh Na, diem kayak tadi aja. Pasti lo bakal nyangkal terus”

“dari dulu kamu memang seperti ini..”

Kaina yang tak mau melanjutkan makannya kembali, mulai membereskan sisa makanan mereka berdua. Lebih tepatnya sisa makanan Kaina, karena Nathan tidak menyentuh makanannya sama sekali.