Sarapan
by : tulisanbucin
Pagi hari Kaina terbangun dan mendapati Nathan sudah tidak disampingnya. Saat akan ke dapur, ia melihat pintu balkonnya terbuka. Nathan berdiri disana dengan kepulan asap dari nikotin yang dihisapnya.
“sejak kapan?” Kaina menghampiri Nathan, namun Nathan masih dengan kegiatannya.
“seminggu”
“kalo bibi tau kamu bakal kena marah”
“gabakal, karena itu gue kesini”
“kamu masih sama Nat, jadiin aku sebagai alasan buat nutupin kesalahan kamu”
“bukan gitu Na”
“aku mau siapin sarapan, nanti jam 8 aku ada part time. kamu mau tetap disini atau balik ke rumah sakit?”
“tapi ini weekend Na”
“terus? Kapan aku harus kerja kalo ga waktu senggang kayak gini Nat?”
Kaina pergi ke dapur, menyiapkan sarapan untuknya dan Nathan. Tidak lupa mencuci pakaiannya, agar nanti ketika ia pulang kerja pakaiannya sudah kering dan bisa disetrika.
Saat sudah menyelesaikan aktivitas paginya, Kaina memeriksa meja makan. Nathan sama sekali tidak menyentuh sarapannya. Kaina menghampiri Nathan yang masih berada dikamarnya, sedang mengeringkan rambutnya.
“kenapa belum sarapan?”
“nunggu lo”
“aku nyuruh kamu sarapan dulu”
“kebiasaan dulu bener bener gabisa lo ubah ya Na, dulu lo selalu makan setelah keluarga gue selesai makan”
“30 menit lagi aku berangkat, sana sarapan dulu keburu dingin”
“sarapan bareng gue, atau gue ga sarapan sama sekali”
“Nat!”
“Na! Ayo lupain masa lalu, gue bakal berubah dan gue bakal buat keluarga gue juga berubah. Tolong beri gue waktu”
Nathan berdiri dihadapan Kaina, memohon belas kasihan Kaina. Bahkan Kaina yang awalnya sibuk merapikan perlengkapan kerjanya menghentikan kegiatannya.
“Nathan, aku udah lupain semua”
“tapi kenapa lo masih lakuin itu ke gue?”
“tanpa sadar kebiasaan itu datang Nat, aku bisa apa?”
Nathan mengusap wajahnya kasar, apa yang dikatakan Kaina benar. Kebiasaan bertahun tahun tak akan semudah itu dihilangkan.
“kalo gitu ayo kita ubah kebiasaan itu”
Nathan menarik tangan Kaina dan mendudukkannya di kursi meja makan. Nathan duduk dihadapan Kaina dan mulai mengambil nasi untuk Kaina dan dirinya. Ia mendahulukan kebutuhan untuk Kaina dibandingkan dirinya.
“makan Na” perintah Nathan.
Kaina menatap Nathan yang tampak menikmati makanannya dan tanpa sadar senyuman terlukis di bibirnya.
“makasih Nat” ucap Kaina dan langsung ikut menyantap makanannya.
Nathan yang berada dihadapannya ikut tersenyum melihat Kaina yang makan dengan lahap. Kapan ya terakhir kali ia melihat Kaina makan selahap ini, pikirnya.
Selama Kaina makan, Nathan selalu menambahkan lauk ataupun sayur ke piring Kaina. Nathan senang melihat Kaina makan dengan lahap dan lauk yang lengkap. Ia merasa bersalah selama ini tidak bisa berbuat apa apa untuk Kaina dan tanpa sadar malah ikut menjadi beban pikiran Kaina.