Pulang bersama Aksa
by : tulisanbucin
Pukul 4 sore Aksa sudah menunggu Kaina didepan kafe. Sesekali ia melirik ke tempat tunggu yang Kaina katakan tadi siang. Namun gadis itu belum juga nenampakkan dirinya.
10 menit berlalu Aksa menunggu.
Kaina berjalan dengan tergesa gesa dan segera mendudukkan dirinya dikursi tempat ia akan menunggu Aksa. Namun ketika Kaina sudah melihat mobil Aksa ia segera melambaikan tangannya, dengan maksud memberitahukan keberadaannya. Aksa menanggapi isyarat itu dengan menjalankan mobilnya dan berhenti tepat didepan Kaina.
Kaina kemudian masuk dan duduk dikursi samping kemudi.
“Aksa maaf ya jadi nunggu lama, tadi tiba-tiba ada penjelasan tambahan dari senior buat aku” Kaina berusaha menjelaskan.
“tidak apa, saya juga baru datang”
Kaina merasa bersyukur Aksa memahami keadaannya.
Namun setelah beberapa lama Kaina menyadari sesuatu. Ia menatap Aksa bingung karena ia tak kunjung menjalankan mobilnya dan begitu juga dengan Aksa yang masih menatapnya.
“ada ap..”
Belum selesai Kaina menyelesaikan kalimatnya, Aksa sudah terlebih dahulu memasangkan sabuk pengaman untuknya.
“pakai dulu sabuknya” ucap Aksa.
Kaina merutuki dirinya yang melupakan hal itu.
“maaf..” balas Kaina
Selama diperjalanan Kaina masih merasa sedikit canggung dengan tindakan Aksa. Berbeda dengan Aksa yang melajukan mobilnya dengan santai setelah memasangkan sabuk untuk Kaina.
Di mobil hanya ada alunan dari instrumen musik yang diputar oleh Aksa.
Hingga Kaina mulai membuka percakapan untuk mencegah keheningan.
“Aksa boleh aku tanya sesuatu?”
“boleh, silahkan”
“maaf tapi aku mau nanya usia, apa boleh?”
“20 tahun”
“HAH?”
Kaina tidak dapat menutupi rasa terkejutnya.
“apa saya terlihat lebih tua?”
“nggak, bukan itu. Aku kaget soalnya kamu udah mapan diusia 20 tahun”
“biasa saja, ada yang lebih dari saya”
“tapi kamu bener bener bisa mengatur masa depan kamu dengan baik ya, aku salut banget”
“papah yang bantuin sampai jadi seperti ini, tanpa beliau mungkin saya masih jadi anak ingusan”
Kaina menatap Aksa kagum. Aksa memiliki orang tua yang bisa membuka jalan kesuksesan untuk anaknya. Melihat Aksa yang mandiri seperti ini berarti orang tuanya telah sukses mendidik Aksa. Meskipun begitu Kaina tetap bangga dengan kedua orang tuanya. Ia tahu kedua orang tuanya sudah menyiapkan tabungan masa depan untuknya, meskipun tabungan tersebut tidak jatuh ditangannya dan tidak bisa ia gunakkan. Namun melihat niat kedua orang tuanya itu, ia sudah merasa bangga.
Melihat Kaina yang hanya menatapnya dengan senyuman itu membuat Aksa tersadar.
“maaf, saya lupa”
“nggak papa kok, nggak perlu minta maaf” balas Kaina sambil tertawa membuat Aksa menatapnya dengan bingung. Untung saja mereka sedang berhenti di lampu merah.
“kenapa kamu malah tertawa, saya kira kamu akan...”
”...sedih?”
Aksa menganggukkan kepalanya. Ia merasa tidak enak karena membahas orang tua, mengingat Kaina sudah tidak memiliki orang tua.
“nggak ada alasan buat aku sedih pas denger cerita kamu. Semua orang tua punya cara sendiri buat masa depan anaknya”
Tanpa sadar Aksa mengusap pucuk kepala Kaina.
“kamu sudah tumbuh dengan sangat baik”
Kaina hanya menatap Aksa.
“kedua orang tua kamu pasti bangga, putrinya tumbuh dengan baik. Kamu memiliki pemikiran yang sangat dewasa untuk anak seusia kamu”
“waktu yang membuatku menjadi dewasa”
Kaina semakin melebarkan senyumannya, ini kali pertama ia melihat Aksa tersenyum seperti ini.
“senyumnya sangat indah” batin Kaina.