Pulang
by : tulisanbucin
Aksa segera pulang setelah membalas pesan dari Kaina. Memang seharusnya ia tidak meninggalkan Kaina begitu saja mengingat bisa saja ada ancaman susulan untuk Kaina. Aksa mengira meninggalkan Kaina di apartemennya sudah merupakan solusi yang terbaik, namun yang sebenarnya dibutuhkan Kaina saat ini adalah seorang teman.
Di apartemen Aksa, Kaina masih merenung di ruang tengah. Ia masih setia menunggu balasan dari Nathan kembali. Sebelumnya Nathan sudah membalas pesannya dan berkata ingin menjelaskan sesuatu namun sampai saat ini penjelasan tersebut tak kunjung Kaina terima.
Cklek
Aksa telah sampai di apartemen dan melihat Kaina yang tengah memeluk kedua lututnya diatas sofa. Kaina tidak menyadari kehadiran Aksa karena ia masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Aksa menghampiri Kaina dan duduk disampingnya. Dari posisi sedekat itu Aksa menyadari bahwa Kaina sedang menangis dalam diam. Meskipun tidak terdengar isakan dari Kaina, namun ia melihat punggung ringkih Kaina bergetar. Aksa bergerak untuk mengusap punggung Kaina dan saat itu juga Kaina tersadar dan segera mengusap air matanya, menatap Aksa yang tengah duduk disampingnya.
”udah pulang?”
“iya, baru saja sampai”
“sudah makan belum?/apa kamu sudah makan?” ucap mereka bersamaan.
“apa kamu sudah makan?” ulang Aksa.
Kaina menganggukkan kepalanya.
“aku buatin kare buat kamu”
“kamu tidak perlu repot membuatkanku makanan, cukup kamu buat untuk dirimu sendiri”
“gapapa kan sekalian, aku ambilin ya” tawar Kaina.
Namun sebelum Kaina pergi ke dapur Aksa telah terlebih dahulu meraih tangannya. Kaina pun menatap Aksa bingung.
“kamu tidak perlu menyembunyikannya. Manusia boleh untuk bersedih dan itu wajar. Menangislah jika ingin menangis, tidak perlu menahannya”
Kaina hanya menatap Aksa dengan sendu.
”..dan jika kamu membutuhkan bahu untuk bersandar, kamu bisa menggunakan kedua bahuku”
Setelah mengucapkan itu, Aksa berdiri menyamakan tubuhnya dengan Kaina dan merengkuh gadis itu dengan hangat. Kaina yang terkejut dengan tindakan Aksa hanya diam tak membalas pelukannya.
Usapan lembut dipunggung Kaina membuat hatinya seakan diremas begitu kuat. Ia akhirnya mengeluarkan tangisan itu di hadapan Aksa, orang asing yang akhir akhir ini selalu hadir di hidupnya. Dalam hati, Kaina pun juga bingung. Bagaimana bisa ia menangis dihadapan Aksa. Disisi lain ucapan dan perilaku Aksa malam ini benar benar membuatnya tenang. Memang benar, ia sangat membutuhkan seseorang untuk selalu disisinya saat ini.
Pandangan Aksa terfokus pada kasurnya yang masih rapi dengan tatanan yang sama seperti sebelumnya. Berarti Kaina tidak tidur di kamarnya, lalu dimana gadis itu tidur tadi malam?
Setelah menyelesaikan mandinya Aksa menuju meja makan dan menemukan Kaina tengah sibuk dengan beberapa tugasnya. Padahal baru beberapa menit yang lalu Kaina menangis di pelukannya, namun gadis itu sudah bisa menyelesaikan tugas tugasnya dengan ceria. Benar benar diluar dugaan Aksa.
“banyak tugasnya?”
“iya”
“makan dulu, nanti dilanjut ngerjainnya”
“aku udah makan, ini buat Aksa” balas Kaina menunjuk beberapa piring yang ada didepan Aksa.
Aksa pun segera duduk dan mulai menyantap makanannya. Namun saat akan mulai mencicipi, Kaina malah membereskan buku bukunya.
“mau kemana?”
“ke ruang tengah, nanti kamu jadi terganggu makannya kalo ada aku”
“tidak, tetap disini temani saya”
“beneran gapapa?”
“iya”
“okay”
Kaina pun kembali membuka bukunya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Aksa menghabiskan makanannya.
“terimakasih atas makanannya” ucap Aksa.
“aku juga makasih ya buat bantuannya aku gatau harus gimana kalo gaada kamu”
“tidak perlu sungkan Kaina”
“makasih ya sekali lagi”
Aksa menganggukkan kepalanya membalas ucapan Kaina.
“kalau boleh tau, dimana teman yang sering bersama kamu, sepertinya akhir akhir ini ia jarang datang ke sini”
“ah Juan? Dia lagi lomba gatau lama banget katanya sekalian liburan sama timnya”
Aksa kembali menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.
“Kaina..”
“hmm?”
“tadi malam kamu tidur dimana?”
Kaina nampak bingung dengan pertanyaan Aksa, jelas jelas ia tidur di apartemennya kan?
“di apartemen kamu”
“dimana?”
Kaina nampak memikirkan kembali, sepertinya ia lupa dengan kegiatannya sendiri.
“di sofa depan tv?” tebak Aksa.
“ah iya.. eh kok kamu tau?” Kaina mendelik lucu.
“saya hafal dengan kamar saya Kaina, detail dari tata letak barangnya pun saya tahu apakah barang itu berpindah atau tidak. Dan kasur saya seperti tak tersentuh sama sekali”
“aku ketiduran tadi malam”
“nanti malam tidurlah didalam, diluar pasti dingin”
“terus kamu tidur dimana?”
“saya bisa tidur dimana saja Kaina”
“aku jadi ga enak kalo gitu, masak aku tidur dikamar kamu tapi kamu diluar”
“justru saya merasa tidak nyaman jika kamu tidur diluar seperti tadi malam, tidurlah didalam dan tenangkan pikiranmu. Saya hanya bisa membantu seperti ini, sisanya dari diri kamu sendiri. Saya melihat banyak kekhawatiran dari diri kamu”
“baik, terimakasih Aksa” balas Kaina dengan senyuman tipisnya, meskipun sedari tadi Aksa selalu menatapnya dengan tatapan datarnya. Namun ia tahu ada niat tulus dibalik wajah itu.