Pesan itu datang lagi
by : tulisanbucin
Saat sedang menonton tv dengan Juan, ponsel Kaina bergetar menandakan ada pesan masuk.
Kaina sebisa mungkin menyembunyikan rasa keterkejutannya saat membaca pesan yang ia terima. Ia tidak ingin Juan menyadarinya.
“pesan itu datang lagi” batin Kaina.
Kali ini, orang misterius itu meminta Juan untuk tidak menginap di apartemennya. Hal itu tentu membuat Kaina bimbang. Bagaimana cara Kaina menolak ancaman itu, akan sangat terlihat tidak sopan jika Kaina mengusir Juan. Juan datang dengan membawa berbagai macam masakan bundanya dan juga membantu Kaina merapikan apartemennya. Apa tidak terlalu kejam jika Kaina mengusirnya?
Dalam hati terdalam Kaina, ia tidak ingin mengusir Juan. Namun ia juga tidak bisa membiarkan orang misterius ini bermain main dengan nyawa Juan.
Kaina sibuk berbalas pesan dengan orang misterius itu. Untung saja Juan tengah asik dengan tontonan tv di depannya.
Tiba tiba lampu apartemen mati. Beberapa menit setelah Kaina selesai berbalas pesan dengan orang misterius itu.
“tenang Na, coba gue cek keluar dulu lo didalem aja”
“JANGANN!” teriak Kaina refleks. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.
“tenang Na gue bisa kok biasanya juga gue yang benerin dirumah kalo gaada ayah”
Namun Kaina masih dengan pemikirannya mengenai isi pesan dari orang misterius itu. Ia terus memegangi lengan Juan, menahannya agar tidak keluar dari apartemen.
“jangan, gapapa kayaknya emang mati semua. Aku ada lilin kita nyalain lilin aja ya?”
“Na, lo kenapa kayak ketakutan gini sih?”
“a-aku n-ggak kok, udah ayo duduk di sofa aja aku ambilin lilin”
“okay, kita duduk” pasrah Juan.
Juan beralih mengandeng tangan Kaina yang sedari tadi memegang lengannya dengan keras. Kaina sangat takut jika orang misterius itu ada diluar dan menunggu Juan untuk keluar.
“Na..”
“hmm..” balas Kaina singkat, sembari terus mencari lilin di lacinya.
“lo tadi udah kunci pintu depan belum?” tanya Juan.
Kaina yang sedang berada didalam kamar langsung berlari keluar dan tidak menemukan Juan di sofa.
Saat Kaina ingin keluar menyusul Juan, ponselnya berbunyi. Awalnya Kaina cukup ragu saat akan mengangkat telepon tersebut, mengingat penelpon adalah si orang misterius.
“apa mau mu?” tanya Kaina tanpa basa basi.
“aku memberimu kesempatan kedua, apa kau tetap akan dengan pilihanmu itu dan melihat temanmu itu mati? Oh bukan teman saja, tapi keluarga ya?”
“jangan..” suara Kaina semakin tercekat, ia ingin menangis saat ini mengingat orang misterius ini selalu bermain main dengan nyawa Juan.
“aku tidak mendengarmu, cepat aku sudah sangat tidak sabar menusukkan pisau ini ke..”
“t-tolong, jangan sakiti Juan, aku akan menyuruhnya pulang”
“karena aku sedang berbaik hati, maka akan ku lepaskan laki laki menyebalkan ini. Tapi cepat usir dia sebelum kesabaranku ini hilang”
“baik, sekarang kamu menjauh dari Juan dan biarkan Juan pulang kerumahnya dengan selamat”
Tutttt
Panggilan berakhir dan bersamaan dengan itu lampu apartemen menyala.
“Na udah nyala, hebat juga ternyata gue” ucap Juan setelah masuk ke dalam apartemen.
“iya, makasih ya”
“it's okay, kalo ada masalah lampu gini bilang aja ke gue”
“iya”
Juan terkekeh dan kembali duduk di sofa. Kaina mendekatinya dengan ragu.
“udah malem kamu ga dicariin bunda?”
“nggak, bunda ga chat apapun mungkin udah tau kalo gue bakal nginep”
“Juan..”
“apa?”
“aku boleh minta tolong lagi nggak?”
“boleh, apa?”
“aku baru keinget kalo Naren nggak masuk buat 3 hari ke depan karena cideranya”
“iya gue tau kok, Naren kapten basket itu kan?”
“iya”
“terus?”
“buku catatan biologi aku dipinjam dia, aku gatau rumahnya boleh ga minta tolong ambilin ke rumah dia, aku perlu banget besok kan ada biologi”
“boleh, yaudah kalo gitu gue ambilin sekarang aja biar besok pagi berangkatnya ga mepet”
“iya gitu aja”
“yah jadi gabisa nemenin lo malem, ini mana tadi habis nangis lagi”
“apa sih, aku gapapa”
“okay gue pulang dulu, jangan lupa semua pintu sama jendela dikunci”
“iya”
Setelah mengantarkan Juan pulang, Kaina kembali masuk ke dalam apartemennya dan sudah menerima notif pesan kembali dari orang misterius itu.