Pesan dari nomor tak dikenal

by tulisanbucin

Setiap hari Juan mengantarkan Kaina pulang, entah ke apartemennya ataupun tempat kerja Kaina. Semua itu Juan lakukan karena ingin memastikan keamanan Kaina, meskipun Kaina telah berusaha menolaknya. Awalnya ia juga ingin menjemput Kaina untuk berangkat sekolah bersama namun Kaina menolak dikarenakan memang jarak antara rumah Juan dan apartemen Kaina berlawanan arah.

Kaina sibuk memainkan ponselnya selagi menunggu Juan di depan gerbang sekolah. Kaina mencoba untuk mencari tempat bekerja lagi, karena dia baru mendapatkan satu dan itu menjaga kasir di minimarket dekat apartemennya.

Namun tiba tiba ada notif pesan dari nomor yang tidak Kaina ketahui.

“astaga...” gumam Kaina.

Kaina yang ketakutan berusaha mencari keberadaan si pengirim pesan. Namun keadaan di sekitarnya cukup ramai dan ia tidak menemukan seseorang yang mencurigakan.

“bagaimana ia bisa mengetahui nomorku dan mengapa ia bisa mengetahui apapun tentangku. Bahkan ia juga mengenal Juan” Kaina semakin merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya.

Kaina yang tidak ingin berdebat lagi dengan si pengirim pesan pun memilih untuk menuruti permintaannya. Ia tidak ingin mempertaruhkan kehidupan Juan dengan masuk ke permasalahannya ini.

Kaina segera berlari menuju halte terdekat dan menaiki bus menuju apartemennya. Sebelumnya ia juga telah menghubungi Juan dan meminta maaf karena tidak bisa menunggunya. Semua Kaina lakukan karena ia tidak ingin terjadi hal buruk pada Juan.

Selama di perjalanan Kaina semakin tidak tenang, takut dan gelisah. Ia hanya berharap segera sampai apartemen dan mengunci diri didalamnya.

“dia siapa sebenarnya? Mengapa tiba tiba datang di kehidupanku, mengawasiku dan memintaku melakukan apapun yang dia inginkan?” batin Kaina.


Setelah hampir 30 menit perjalanan, Kaina sampai di halte depan apartemennya. Ia segera berlari dan menaiki lift.

Ting

Lift terbuka di lantai 6 dan Kaina langsung dikejutkan oleh Aksa yang sudah berdiri didepan lift. Sepertinya ia akan pergi.

“Aksa yaampun kamu mengejutkanku” ucap Kaina ketika ia sudah keluar dari lift.

Aksa memperhatikan Kaina yang terlihat tidak baik baik saja.

“kamu kenapa? Sakit?” tanyanya sembari memegang kening Kaina dengan punggung tangannya.

Kaina sedikit terkejut dengan tindakan Aksa, namun ia berusaha terlihat biasa saja. Walaupun Aksa selalu memperlihatkan wajah dinginnya, namun ia terlihat sangat memperhatikan Kaina.

“nggak papa kok, cuma kecapekan mau istirahat aja. Apa kamu mau pergi?” balas Kaina dan diangguki oleh Aksa.

“iya, saya mau ke minimarket bawah”

“baiklah, silahkan”

Kaina menggeserkan dirinya yang sedari tadi menutupi pintu lift dan mempersilahkan Aksa untuk segera masuk ke dalam lift. Namun sebelum Aksa menekan tombol lift ia sempat mengucapkan sesuatu yang membuat Kaina tidak bisa membalasnya.

“kamu seperti ketakutan? Apa ada yang mengganggumu?”

Tidak mendapatkan balasan apapun dari lawan bicaranya membuat Aksa yakin bahwa terjadi sesuatu pada gadis didepannya ini.

“kunci ganda pintu, tutup jendela dan jangan biarkan siapapun masuk ke dalam apartemenmu. Kamu bisa menelepon saya jika membutuhkan sesuatu”

Kaina hanya menganggukkan kepalanya setelah Aksa menutup pintu lift.

“apa rasa ketakutanku ini sangat berlebihan?” gumam Kaina.


Seorang pria misterius tengah berdiri di depan gedung apartemen Kaina dengan senyum yang terlukis di bibirnya.

“good girl”