Peluk
by : tulisanbucin
Pintu lift terbuka dan menampilkan Aksa yang tengah berdiri di depan lift tengah menanti kepualangan Kaina.
“yaampun kaget, kenapa disini sih?” ucap Kaina saat melihat aksa hanya diam sembari menatapnya.
Kaina pun hanya melewati Aksa dan buru-buru masuk ke apartemennya, namun saat sedang memasukkan password apartemennya Aksa langsung memeluk Kaina. Membuat barang bawaan Kaina jatuh berserakan.
“Aksa, jatuh sem..ua” Kaina yang ingin memarahi Aksa jadi tidak tega saat melihat Aksa justru memeluknya dengan erat.
“kenapa tidak bilang?” ucap Aksa yang akhirnya membuka suaranya.
“bilang apa?”
“syal ini, dari bunda kan?”
Kaina tersentak dengan pernyataan Aksa barusan. Ia memang tidak menceritakan hal ini sebelumnya. Syal tersebut memang pemberian dari bunda Aksa. Bingkisan yang bunda Aksa berikan kepada Kaina dulu termasuk syal yang dipakai oleh Aksa ini. Bunda menuliskan surat didalamnya yang meminta Kaina untuk memberikannya kepada Aksa.
Namun siapa sangka justru Kaina yang menjadi jembatan untuk pertemuan ibu dan anak tersebut. Akhirnya bunda Aksa dapat melihat Aksa menggunakan syal tersebut.
“siapa yang bilang?” tanya Kaina sembari mencoba mengusap punggung lebar Aksa.
“bunda, beliau bilang syal ini sangat cantik dan bunda ingin aku memakainya namun dia selalu menolak apapun pemberian bunda. Aku tidak menyangka akan menggunakan barang pemberian bunda ini”
“lalu kenapa kau terlihat murung seperti ini?”
“karena ini kado ulang tahunku 3 tahun yang lalu, bunda bercerita ia merajut syal untukku. Namun dia tidak pernah mau menerimanya. Dan sekarang aku malah memakainya”
Masih dengan memeluk Kaina, Aksa kembali bercerita.
“bunda menangis dan langsung memelukku saat aku tiba dirumah, ia juga mengucapkan banyak terimakasih kepadamu”
“untukku?”
Aksa melepaskan pelukannya, ia tidak menangis hanya saja merengek seperti anak kecil. Sisi Aksa yang satu ini selalu berhasil mengambil hati Kaina.
“aku juga ingin berterimakasih kepadamu, karena kau mau memakainya” ucap Kaina sembari merapikan syal yang ada di leher Aksa.
“sekarang bantu aku mengambil belanjaanku yang berserakan ini, atau kau tidak akan mendapat jatah makan malam lagi” ancam Kaina.
“hmm iya, kamu masuk dulu biar aku bereskan semuanya”
Kemudian Kaina masuk ke apartemennya, namun sebelum benar benar-benar masuk ia sempat mengintip Aksa sebentar. Tanpa di sadari senyuman terlukis dibibir Kaina.