Peluk

by : tulisanbucin

Sebelum masuk ke apartemennya Kaina tersadar, bahwa tadi pagi ia melupakan sesuatu.

“Juan..”

“hmm?”

“buku catatan aku kemaren kayaknya masih ketinggalan di apartemen Aksa deh. Tadi aku cari disekolah gaada juga”

“yaudah ambil gih, dia ada ga di apartemennya?”

“aku coba dulu, kamu masuk duluan aja”

“okay”

Setelah Juan masuk ke apartemennya Kaina mulai menuju ke pintu apartemen Aksa, menekan bel yang berada disamping pintu.

Sudah 3x Kaina menekan bel dan tidak ada balasan. Kaina yakin Aksa berada di dalam, karena mobilnya terparkir di halaman parkir.

Sempat ragu, namun Kaina berusaha memasukkan beberapa kata sandi yang mungkin cocok.

Tiba-tiba terbesit di pikiran Kaina untuk menggunakan kombinasi angka yang mungkin Aksa gunakan.

“ga mungkin..” ucapnya sembari memasukkan kombinasi tanggal kelahirannya.

Pintu terbuka.

“astaga, dia benar-benar sudah gila” batin Kaina.

Setelah itu Kaina masuk dan tidak menemukan siapapun.

Kaina langsung pergi ke ruang tengah yang menjadi tujuan awalnya. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Kaina segera pergi dari sana.

Namun suara rintihan seseorang menghentikan langkah Kaina.

“siapa disana? Aksa?”

Kaina dengan ragu mendekati sumber suara yang ternyata berasal dari kamar mandi.

Kaina coba mengetuk pintunya namun tidak ada balasan. Dan akhirnya mencoba untuk langsung membuka pintu kamar mandi tersebut yang ternyata tidak terkunci.

Kaina melihat Aksa tengah meringkuk sambil memeluk lututnya di atas closet yang tertutup.

“Aksa..” panggil Kaina pelan.

Tidak ada jawaban namun suara rintihan Aksa sudah tidak terdengar lagi.

Kaina semakin mendekat dan menghampiri Aksa.

“kau.. Kenapa?”

Aksa perlahan menurunkan kakinya dan mulai mendongakkan kepala, melihat Kaina yang berada di depannya.

Aksa terlihat tidak baik-baik saja. Meskipun ia tidak mengeluarkan air mata, namun Kaina tahu sebenarnya laki-laki di depannya ini sedang berusaha.

Berusaha untuk mengeluarkan air matanya.

Tidak semua orang bisa mengekspresikan rasa sedihnya dengan tangisan, ada beberapa orang yang bahkan harus berusaha lebih untuk dapat meneteskan setetes air mata.

Kaina, pernah ada di posisi tersebut dan itu sangat menyakitkan.

Melihat Kaina yang berdiri didepannya membuat Aksa semakin mendekatkan dirinya pada Kaina. Menarik tubuh Kaina dan memeluknya.

Kaina sempat menolak pelukan dari Aksa, namun melihat Aksa yang telihat sangat menyedihkan itu membuatnya merasa iba.

Segera ia rengkuh Aksa yang berada di hadapannya, mengesampingkan fakta bahwa orang didepannya ini adalah penguntitnya selama ini.

Aksa yang merasakan Kaina menerima pelukannya semakin menyandarkan kepalanya diperut Kaina dengan nyaman. Karena posisi Kaina yang sedang berdiri dan Aksa yang sedang duduk.

Aksa merasakan usapan di kepalanya.

“nangis aja” bisik Kaina dan saat itu juga Aksa menangis tanpa suara.

Kaina dapat merasakan suhu tubuh Aksa yang meningkat. Aksa sedang dalam keadaan tidak baik.

Padahal tadi pagi ia terlihat biasa saja, masih dengan tatapan dinginnya yang bahkan memaksa untuk mengantarkan Kaina ke sekolah.

Segera Kaina raih ponsel yang ada di sakunya dan menghubungi Arjun, orang terdekat Aksa.