Negosiasi
by : tulisanbucin
Suara bel berbunyi, menandakan Juan sudah datang.
Aksa terlihat dengan santai masih merebahkan dirinya di sofa milik Kaina. Sedangkan Kaina hanya berdiri sambil menatap jengkel ke arah Aksa.
“apa kau tidak akan membukakan pintu untuknya?”
“bukankah ini kesempatan untukmu untuk memberi tahunya siapa aku yang sebenarnya?”
Aksa memang tidak mengenal rasa takut, bahkan sekarang ia tidak mempermasalahkan jika nantinya Juan mengetahui siapa dirinya.
“baik, jika itu yang kau inginkan”
Kaina berjalan meninggalkan Aksa dan membukakan pintu untuk Juan.
“lama banget sih” ucap Juan ketika Kaina sudah membukakan pintu untuknya.
Juan berjalan memasuki ruang tengah dan Kaina masih berada di depan pintu.
“Na apa apaan ini?” suara Juan membuat jantung Kaina berdetak tidak sewajarnya.
Apa yang nanti akan Juan lakukan pada Aksa?
“Juan.. aku..”
“kok masak mie instan sih? Kan gue bawain masakan bunda”
“eh?”
Kaina melihat di ruang tengah sudah tidak ada Aksa, dan hanya ada mangkok sisa mie yang tadi di makan oleh Aksa.
“kelaparan banget ya lo sampe gabisa nungguin?”
“i-iya”
“yaudah ini dimakan lagi, gue mau ke kamar mandi dulu mau pipis”
Kaina sempat merasa was-was jika Aksa bersembunyi di kamar mandi dan berniat melukai Juan.
Namun itu semua tidak terjadi, Juan kembali tanpa menaruh curiga apapun.
Kaina mengambil dua piring baru untuk makan Juan dengan dirinya.
Diruang tengah mereka hanya menikmati makanan dengan ditemani suata tv.
Lalu dimana Aksa?
Satu-satunya ruang yang tertutup pintu adalah kamar mandi dan kamar tidur Kaina.
Apa Aksa berada disana?
“Na..”
“hmm iya?”
“cepet banget lo beres-beresnya”
Kaina melihat sekelilingnya, memang sangat bersih dan rapi, bahkan Kaina bisa membutuhkan waktu seharian untuk berbenah karena Kaina tidak ingin ada debu sedikitpun disekitarnya
“iya, lagi semangat aja” bohong Kaina.
“wkwkkw aneh-aneh aja lo. Btw udah packing?”
“belum”
“gue bantuin”
“eh i-iya boleh”
Setelah makan Juan membantu mencuci piring sedangkan Kaina membersihkan meja ruang tengah.
Dalam hati Kaina ingin sekali membuka pintu kamarnya.
“udah selesai cuci piringnya, ayo packing” ucap Juan dan langsung masuk ke kamar Kaina.
Kaina segera mengikuti.
Saat Kaina masuk ke kamarnya ia tidak melihat Aksa dikamarnya.
Lalu dimana dia? Tidak mungkin jika Aksa keluar melalui jendela karena mereka ada di lantai 6.
“Na..”
“hmm?”
Juan yang tadinya tengah melihat-lihat rak buku Kaina menatap Kaina dengan intens.
“ini punya siapa?” ucap Juan sembari menunjukkan sebuah jam tangan yang bisa dipastikan siapa pemiliknya.
Sebenarnya apa maksud Aksa, apakah ini cara untuk menunjukkan identitasnya?