Kecelakaan
by : tulisanbucin
Kaina berlarian menelusuri lorong rumah sakit, berusaha mencari ruang dimana Nathan berada.
Saat diperjalanan tadi bibi sempat menelpon, mengatakan bahwa Nathan sedang dibawa ke ruang operasi.
“bibi” lirih Kaina.
Bibi yang tadi duduk dengan tertunduk segera menghampiri Kaina dan memeluknya. Bibi menenangkan Kaina yang tengah terisak di pelukannya. Padahal tadi ia sudah berusaha untuk tidak menangis dihadapan Kaina agar Kaina juga tidak menangis dihadapannya.
Namun pikirannya itu salah. Kaina justru menyalahkan dirinya sendiri. Dibalik pelukan itu Kaina berulang kali melontarkan kata maaf. Meminta ampunan pada bibinya bahwa ia yang menyebabkan Nathan seperti ini.
Bibi berusaha menenangkan Kaina yang semakin terisak.
“bi, maafin Kaina”
“ini semua bukan kesalahan kamu sayang, ini sudah takdir dari Tuhan jangan menyalahkan dirimu seperti ini itu justru membuat bibi semakin sakit melihatnya. Ayo kita doakan saja yang terbaik untuk Nathan”
Kaina yang semakin merasa bersalah pun hanya dapat berusaha menghentikan tangisannya sembari mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Saat ini yang ia bisa lakukan hanya memohon pada Tuhan.
Operasi berjalan dengan lancar tinggal menunggu Nathan untuk sadar. Kaina menjaga Nathan terlebih dahulu di saat bibi tengah mengantri untuk membayar obat.
Kaina tidak pernah membayangkan bahwa ia akan duduk di samping Nathan yang tengah berbaring diatas ranjang pasien.
Matahari mulai terbenam dan Nathan belum juga tersadar.
“kenapa kamu tidur lama sekali?”
“katanya mau bahas rencana kamu itu kalo kita ketemu, tapi kenapa kamu malah tidur waktu ketemu aku”
“ayo Nathan bangun, kita tangkap orang misterius itu”
Setetes air mata turun mengenai telapak tangan Nathan, Kaina yang melihat itu hanya bisa berusaha menahan tangisnya. Sembari mengusap tangan Nathan yang dingin.
“maaf ya air mata aku jatuh nya ga bilang-bilang, jadi basah kena tangan kamu deh. Bentar ya aku bersihin”
Kaina mengusap punggung tangan Nathan dengan lembut.
“kan aku udah bilang hati-hati” usapan tangan itu berubah menjadi genggaman erat Kaina untuk Nathan.
“aku ga minta apa-apa aku cuma mau kamu datang dengan selamat”
“jangan ngebut, pelan-pelan aja”
“kamu kenapa ga pernah dengerin aku sih?”
“kamu tuh suka ngeyel kalo dibilangin”
Kaina masih mengajak Nathan untuk berbicara, berharap Nathan akan mendengarnya.