Mau peluk?
by : tulisanbucin
Kaina akhirnya pulang bersama Juan dan kedua orangtuanya. Meskipun masih banyak tanda tanya dalam pikirannya.
Mengapa Nathan dipindahkan ke rumah sakit yang lain?
Mengapa Juan dan kedua orangtuanya bisa datang kesana?
Dan yang paling penting mengapa Aksa bisa dengan mudah melepaskannya dan membuatnya bertemu dengan Juan dan Nathan.
Ditambah dengan percakapan terakhirnya dengan Arjun.
Namun meskipun demikian, Kaina tak langsung mengadu kepada Juan dan Nathan perihal dalang dibalik orang misterius yang selalu mengikutinya.
“Na lo tidur di sebelah kamar gue ya, nanti kalo ada yang lo butuhin bisa bilang sama gue”
“iya Juan, makasih ya”
“yaudah sana bersih diri dulu”
“iya, aku mau mandi dulu ya”
Sebelum Kaina masuk ke kamar bunda datang dan membawakan pakaian ganti untuk Kaina.
“sayang ini baju gantinya ya”
“terimakasih bunda”
“iya sama sama, yaudah sana mandi terus istirahat, bunda sama ayah juga mau istirahat, kalo ada apa-apa bilang sama Juan ya”
“iya bunda”
Kaina mulai membersihkan diri, berdiri dibawah shower sembari membasahi tubuhnya. Namun pikiran Kaina mengenai Aksa masih tertera jelas dipikirannya.
“harusnya aku senang bisa bebas, tapi kenapa aku tetap merasakan ada sesuatu yang mengganjal disini” batin Kaina.
Setelah menyelesaikan mandinya Kaina tidak langsung tidur, ia membuka jendela dan menikmati angin malam.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar.
Juan datang sembari membawakan 2 gelas berisi susu coklat.
“biar gampang tidurnya, gue tau selama di rumah sakit lo pasti susah tidur kan” ucap Juan sembari menyerahkan segelas susu coklat untuk Kaina.
Kaina sempat tertegun saat mendengar penuturan Juan namun ia tetap mengiyakan.
“gue boleh masuk?” tanya Juan karena memang mereka berdua masih berada didepan pintu.
“boleh, aku belum mau tidur juga kok”
Mereka berdua duduk di pagar balkon. Sudah menjadi kebiasaan mereka berdua saat kecil suka duduk diatas pagar sekolah.
Mereka menikmati malam yang cukup cerah karena ada bulan yang bersinar.
“Na“
“hmm?” balas Kaina sembari menatap Juan yang ada disampingnya.
“gapapa”
“kenapa? Gapapa ngomong aja?”
“maaf gue bahas ini lagi”
Kaina tidak berani menyela Juan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
“maaf, gue belum bisa ngilangin perasaan ini”
Kaina meletakkan gelas yang ia pegang dan menatap Juan kembali.
“Juan..pasti berat ya buat kamu selama ini?”
Juan membalas dengan anggukan kepalanya namun matanya tetap menatap Kaina dengan dalam.
“aku..”
“aku tetep bakal nunggu” potong Juan.
“Juan..”
“maaf, gue ga bakal pernah bisa jadi dia buat lo Na” potong Juan kembali.
“nggak Juan, kamu baik kamu lebih baik dari siapapun, jangan pernah ngomong gitu aku gasuka” balas Kaina yang melihat pundak Juan mulai bergetar dan Juan juga mulai menundukkan kepalanya seperti menyalahkan dirinya sendiri.
“mau peluk?”
Juan mendongakkan kepalanya dan melihat Kaina yang mulai merentangkan tangannya.
Juan seperti melihat Kaina 10 tahun yang lalu. Gadis kecil manis, yang selalu bersamanya.
Anggukan kepala Juan merupakan jawaban yang membuat Kaina tersenyum.
“ayo sinii”
Juan menerima rentangan tangan Kaina. Saat mereka kecil Kaina sering sekali menawarkan pelukan untuk Juan.
Juan kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk menangis daripada tertawa. Juan kecil merupakan anak yang pendiam, jadi teman-temannya suka menjahilinya. Maka dari itu karena Tuhan baik, Kaina dihadirkan di hidup Juan dan menjadi malaikatnya saat itu dan sampai sekarang.
Prank
Kaina dan Juan refleks menengok ke arah suara yang berasal dari salah satu pot di teras rumah.
Pot tersebut pecah begitu saja.
“ini pasti ulah Seola kucing tetangga” ucap Juan.
Namun mata Kaina justru tertuju pada seseorang yang sedang berdiri didepan pagar rumah Juan menggunakan pakaian serba hitamnya.