Kembali

by : tulisanbucin

Kaina terbangun dan mendapati dirinya tengah berada dipelukan Aksa di sofa.

Kaina merasakan cengkraman pada pinggangnya yang semakin menguat jika ia bergerak. Bahkan di saat Aksa tertidur ia masih bisa melakukan hal itu pada Kaina.

Kaina mendengar nafas beraturan dari Aksa, laki-laki itu masih tertidur dengan nyaman. Ia bahkan tidak terganggu dengan adanya tubuh Kaina diatasnya.

10 menit berlalu Kaina merasakan pergerakan dari tubuh Aksa. Saat mendongakkan kepalanya, mata Kaina bertemu tatap dengan Aksa.

“selamat pagi” ucap Aksa dengan suara serak khas bangun tidur.

Melihat Aksa yang sudah bangun Kaina segera bangkit dari tidurnya namun Aksa masih saja memeluk tubuh Kaina.

“sebentar saja, aku masih mau seperti ini” ucap Aksa.

“sebentar kau bilang? Ini sudah pagi Aksa” balas Kaina.

Aksa malah mengecup kepala Kaina berulang kali. Rasanya sungguh pemandangan yang sangat langka melihat Kaina sudah mengomel ketika bangun tidur bersamanya.

“jangan lakukan itu” balas Kaina.

Namun bukan Aksa jika langsung menuruti permintaan Kaina. Kecupan itu bahkan diberikan lagi pada kening Kaina, ketika Kaina sedang menatap tajam Aksa.

Aksa sungguh tidak mengenal rasa takut.

Di rasa sudah berlebihan, Kaina berusaha menekan perut Aksa dengan sikunya dan loncat dari sofa.

Ia menemukan tasnya berada di atas meja dan merapikan barang bawaannya. Namun ada satu benda yang tidak ada di dalam tasnya.

Ponsel.

“dimana ponselku” gumam Kaina yang masih bisa di dengar oleh Aksa.

“mencari ini?” tanya Aksa sembari menunjukkan ponsel Kaina yang ia pegang.

“kembalikan Aksa”

“kamu bakal kasih imbalan apa ke aku, kalo aku balikin ponsel kamu?”

“berhenti, jangan menggunakan “kamu” ketika memanggilku, kita tidak sedekat itu”

“kamu masih belum bisa menerima kenyataannya?”

“kembalikan ponselku!”

Kaina mulai berdiri menghampiri Aksa. Kaina sudah akan meraih ponselnya namun Aksa segera mengangkat tangannya tinggi. Padahal posisi Kaina sedang berdiri dan Aksa duduk di hadapannya. Namun tetap saja Kaina tidak dapat meraihnya.

Saat Kaina sedang fokus mengambil ponselnya, tanpa sengaja ia tersandung dan jatuh di pangkuan Aksa. Dengan posisi lututnya yang menjadi tumpuan diantara tubuh Aksa yang sedang duduk. Kaina yang terkejut pun langsung berusaha bangkit, namun posisinya saat ini justru terlihat lebih intim.

Saat ia hendak berdiri posisi wajah Aksa tepat berada di depan dadanya. Aksa dan Kaina sama-sama terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya kesadaran Kaina membuyarkan itu semua. Kaina segera meraih ponselnya dari tangan Aksa dan bergegas keluar


Sesampainya di apartemen Kaina masih memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Namun suara bel membuyarkan lamunanya.

“Aksa kau benar-benar menyebalkan!” gerutu Kaina.

Kriet

Kaina tetap membuka pintunya.

“apa lagi?”

Namun Kaina justru dikejutkan oleh kedatangan seseorang dihadapannya ini.

“Nathan?”

“hai, Na. Pagi-pagi udah ngomel aja, jangan berantem sama tetangga dong”

Kaina yang masih terkejut tidak menanggapi ucapan Nathan. Ia malah meraba wajah Nathan untuk memastikan bahwa benar yang ada di hadapannya ini adalah nathan, sepupunya.

“bener Na, ini gue Nathan”

Mendengar itu Kaina langsung berhambur di pelukan Nathan.

Sejak terakhir pertemuannya dengan Nathan. Nathan jarang sekali menghubunginya, bahkan pesan dari Kaina pun jarang di balas oleh Nathan. Namun pagi ini tiba-tiba ia datang di hadapan Kaina dalam keadaan yang jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Meskipun masih menggunakan gips di salah satu kakinya.

Dibalik pintu, Aksa mendengar dan melihat semua percakapan Kaina dan Nathan. Tangannya bahkan sudah mengepal kuat. Padahal niatnya tadi ingin menghampiri Kaina untuk menghilangkan rasa canggungnya.