Kabar kecelakaan
by : tulisanbucin
Tet tet tet
Kaina dikejutkan dengan suara bel apartemennya yang dibunyikan dengan terus menerus.
“siapa yang bertamu malam begini? Jika itu orang misterius pasti dia akan langsung masuk” gumam Kaina.
Dengan pelan Kaina melangkahkan kakinya untuk memeriksa siapa pelaku yang menekan belnya.
“Nathan?” ucap Kaina terkejut melihat Nathan sudah berada didepan apartemennya.
Kaina langsung membukakan pintu apartemennya, ketika mengetahui Nathan lah yang bertamu.
“kok kam..” belum selesai Kaina bertanya Nathan sudah menarik tangan Kaina dan mengunci pintu apartemen Kaina.
“ayo cepetan”
Namun langkah mereka berdua dihentikan oleh Aksa yang keluar dari apartemennya.
“ada apa ini?” tanyanya.
“Aksa?”
Aksa yang melihat Kaina ditarik paksa oleh laki laki langsung segera memisahkannya dan menyembunyikan Kaina di belakang tubuhnya.
“anda siapa?” tanya Aksa pada Nathan.
“gue yang harusnya nanya lo siapa?” ketus Nathan.
“apa sopan berlaku seperti itu kepada perempuan?”
“Na cepet jelasin”
“Aksa..”
Aksa menatap Kaina yang berada dibelakangnya.
Kaina mencoba menengahi dan menjelaskan perihal kedatangan Nathan yang tiba tiba. Dan tak lupa meminta maaf atas kegaduhan yang dibuat oleh Nathan.
“Aksa sekali lagi maaf ya sudah menganggu waktu istirahat kamu”
“tidak apa, saya hanya ingin memastikan tidak terjadi apa apa dengan kamu”
“iya aku gapapa kok, makasih ya”
Aksa menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia telah memahami situasi mereka.
“Nat, ayo minta maaf”
“ogah” ucap Nathan seraya meraih tangan Kaina kembali dan dibawanya masuk ke dalam lift.
“aku duluan ya Aksa” ucap Kaina sebelum lift tertutup.
“iya”
Aksa yang melihat kejadian itu hanya menghela nafas.
“bagaimana bisa kamu hidup bersama orang seperti dia?”
Di rumah sakit bibi dan kak Arin, kakak dari Nathan menunggu operasi paman di ruang tunggu. Bibi masih menangis sesenggukan dan ditenangkan oleh kak Arin.
Nathan datang bersama Kaina. Melihat bibi dan kak Arin yang sangat terpukul dengan musibah yang menimpa paman membuat hati Kaina serasa teriris. Ia ikut merasakan sedih untuk mereka. Bagaimana pun juga ia pernah tinggal dengan mereka dan status mereka juga masih menjadi keluarga Kaina.
Kaina duduk cukup jauh dari bibi dan kak Arin. Ia takut membuat mood bibi dan kak Arin menjadi lebih buruk.
Nathan bersimpuh dihadapan bibi, berusaha menenangkannya begitu juga dengan kak Arin yang tak jauh berbeda dengan bibi.
Nathan tadi pamit sebentar untuk menjemput Kaina, padahal bibi dan kak Arin sudah melarangnya namun Nathan tetap bersikeras menjemput Kaina.
Selama 2 jam, akhirnya operasi berjalan lancar. Paman telah dipindahkan diruang rawat inap. Bibi dan kak Arin yang menemani.
“bibi, kak Arin, yang sabar ya paman pasti akan cepat pulih kembali” ucap Kaina setelah memberanikan diri untuk berbicara. Ia juga ikut merasa sedih melihat bibi dan kak Arin yang seperti kehilangan kehidupannya.
Namun bibi dan kak Arin enggan menatap Kaina. Kehadiran Kaina bagaikan angin bagi mereka. Nathan yang melihatnya segera membawa Kaina keluar, ia tidak ingin Kaina merasa sakit hati kembali dengan sikap keluarganya.
Niatnya membawa Kaina ke rumah sakit karena Kaina masih berstatus sebagai keluarganya, ia tak ingin Kaina mengetahui keadaan ayahnya dari orang lain. Ia hanya ingin memberi tahukan secara langsung.
“Nat..”
“hmm?”
“bibi sama kak Arin masih gasuka ya sama aku?” ucap Kaina ketika Nathan sudah membawanya keluar dari area rumah sakit.
Nathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kaina.
“aku tulus dengan perasaanku, aku juga merasa sedih dan terpukul atas kejadian yang menimpa paman”
“iya gue tau”
“tapi..”
“gausah lo pikirin sikap ibu sama kak Arin”
“gimana bisa Nat? Gabisa”
Nathan memegang kedua pundak Kaina, namun Kaina justru menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang sudah sembab.
Ia mengira setelah merantau jauh bibi dan kak Arin akan merindukannya tapi ternyata tidak. Kaina memang tidak pernah diinginkan kehadirannya.
“tatap mata gue Na”
Namun Kaina hanya menggelengkan kepalanya.
Nathan beralih menarik dagu Kaina dan memposisikan wajah mereka agar saling bertatap.
“dengerin gue, apapun yang ada dipikiran lo saat ini ga bener. Jadi jangan lo pikirin lagi. Ibu sama kak Arin masih terpukul sama kejadian ayah, itu yang buat mereka bersikap seperti tadi. Jangan pernah salahin diri lo, ngerti?”
Kaina hanya menatap Nathan tanpa berniat membalasnya.
Nathan segera membawa Kaina kepelukannya. Membiarkan Kaina menangis dipelukannya.
“cepet selesaiin nangisnya, biar gue bisa anterin lo pulang” bisik Nathan.