Bertemu ayah Juan

by : tulisanbucin

Kaina menghampiri Juan dan ayahnya bersama Aksa di sampingnya.

“duduk sini” perintah ayah Juan pada Aksa.

Aksa duduk dengan tenang sembari membalas senyuman yang diberikan oleh ayah Juan padanya.

Ayah Juan menepuk bahu Aksa sebentar dan kembali melanjutkan makannya.

“namamu siapa?”

“Aksara”

“Aksara? Nama yang bagus dan seperti tidak asing, aku pernah denger dimana ya?”

“ayahkan udah pikun, udah gausah diinget inget lagi”

“ayah belum setua itu ya!” rajuk ayah Juan.

Aksa seakan tidak peduli dengan pertikaian ayah dan anak tersebut. Ia hanya fokus mengedarkan pandangnya pada gerak-gerik Kaina yang ada dihadapannya. Bisa ia lihat, Kaina tampak khawatir.

“sudah makan?” tanya ayah Juan kembali fokus pada kehadiran Aksa.

“belum”

“dasar anak muda suka sekali menunda makan”

Setelah mengucapkan itu ayah Juan segera memanggil pelayan dan meminta Kaina untuk memesankan makanan yang Aksa inginkan.

Awalnya Aksa menolak tapi Kaina tetap memilihkan.

Selama makan bersama tidak ada pertanyaan yang menyingung masalah keluarga. Padahal tadi ayah Juan sempat berkata bahwa tidak merasa asing saat mendengar nama Aksa.

Aksa sebenarnya merasa lega, tapi di satu sisi ada banyak pertanyaan di benaknya.

Kenapa ayah Juan tidak menanyakan kedua orangtuanya? Bukankah hal itu wajar ditanyakan?

Sebenarnya ada yang mengganjal disini, tapi Aksa tidak ingin mengambil pusing.

“setelah ini tolong antar anak saya pulang ya nak Aksa” ucap ayah Juan sebelum pamit pulang duluan karena ada urusan kantor.

“gamau yah, Juan mau naik taxi. Sepedanya dinaikkin taxi aja sekalian” balas Juan cepat.

“siapa yang nyuruh Aksa nganterin kamu? Ayah nyuruhnya buat nganterin anak cantik ayah kok” balas ayah Juan sembari menahan tawanya.

Sejak kehadiran Aksa, Juan memang jadi lebih pendiam. Melihat Aksa dan ayahnya yang sedang membahas pekerjan. Tidak ada niat baginya untuk ikut dalam pembicaraan tersebut.

Bahkan ia juga ikut sebal dengan keputusan Kaina yang lebih menuruti permintaan ayahnya untuk mengajak Aksa bergabung. Padahal dia hanya ingin makan bertiga dengan ayah dan Kaina.

Ayah Juan nampak senang saat menceritakan pekerjaannya pada Aksa, karena Aksa cepat memahami dan aktif menanggapi juga.

Ayah Juan hanya tidak tau saja bahwa yang diajaknya berbincang ini sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengurusi perusahaannya sendiri.

“yaudah ayah pamit ya, kalian ga usah buru-buru, diselesaikan dulu makannya”

“terimakasih om” balas Aksa.

“kapan-kapan main ke rumah om ya nak Aksa, nanti kita lanjut pembicaraan kita tadi”

“baik om, jika ada waktu saya akan mampir bersama Kaina” balas Aksa sopan.

Setelah ayah Juan berpamitan suasana menjadi sunyi dan lebih dingin lagi saat Juan dan Aksa saling bertukar tatap. Bahkan Kaina pun sudah tidak menyentuh makanannya lagi.

“gue mau balik duluan” ucap Juan yang sudah berdiri dari kursinya.

Aksa masih tenang menghabiskan makanan yang tadi dipesankan Kaina.

“ayo aku juga mau pulang sekalian, bareng aja turun ke bawahnya” balas Kaina menurutnya untuk saat ini lebih baik mereka segera pulang ke rumah masing-masing.

Mendengar itu lantas membuat Aksa menghentikan makannya.

“Aksa udah selesai kan?” tanya Kaina yang hanya dibalas anggukan oleh Aksa.

Mereka turun bertiga, dengan Kaina yang berada di tengah.

Kaina dan Aksa ikut menunggu kedatangan taxi yang dipesan oleh Juan.

“hati-hati kabarin kalo udah sampe apartemen” ucap Juan sebelum masuk ke dalam taxinya.

“harusnya aku yang bilang begitu, tempat tinggal aku kan deket sini”

“gapapa, yaudah gue..”

Perkataan Juan dihentikan oleh Aksa yang tengah menepis tangan Juan yang berusaha mengusap rambut Kaina.

“santai aja bro, takut banget ya dia gue ambil?” balas Juan dengan tawa yang meremehkan.

Setelah mengucapkan itu Juan segera masuk kedalam taxinya dan tak lupa memberikan senyum manisnya pada Kaina.

“Aksa kamu kenapa? Jangan begini” Kaina berusaha memohon karena semenjak Aksa menepis tangan Juan tadi, ia terus menggenggam tangan Kaina. Bukan hanya genggaman biasa tapi lebih mirip cengkeraman yang cukup membuat perih.

Aksa hanya diam tak membalas dan malah menarik tangan Kaina membawanya pulang ke apartemen.