Bertamu

by : tulisanbucin

Kedatangan Nathan dan Kaina ke apartemen Aksa disambut hangat oleh pemiliknya.

“ada keperluan apa bertamu selarut ini?” tanya Aksa setelah mempersilahkan tamunya untuk duduk.

Kaina ingin membuka mulutnya namun sudah di dahului oleh Nathan.

“aku pikir kau orang berpendidikan yang tau apa itu sopan santun, tapi nyatanya tidak. Apakah sopan masuk ke apartemen orang lain tanpa permisi?”

“lalu bagaimana dengan kalian sendiri? Ini sudah tengah malam, bukankah kurang sopan untuk bertamu?” balas Aksa.

“seharusnya kita bisa bertemu 6 jam yang lalu disini, tapi kau tidak ada” balas Nathan.

“maaf saya sedang sibuk di kantor”

“sibuk di kantor? Tapi bisa terus mengawasi adikku?”

“Nathan..”

“lo diem dulu” balas Nathan sembari menggenggam tangan Kaina yang sempat meraih tangannya.

“gausah basi basi deh intinya lo gausah deketin adik gue lagi, apalagi ngikutin adek gue, lo itu pengecut yang bisanya cuma ngancem korbannya biar tunduk sama lo” sarkas Nathan sembari melemparkan beberapa kamera cctv yang berhasil ia lepas dari apartemen Kaina.

“dasar psikopat gila” umpat Nathan meluapkan emosinya.

Aksa hanya membalasnya dengan seringaian.

Setelah mengucapkan itu Nathan mengajak Kaina untuk pergi dari sana.

Namun saat Kaina akan beranjak mengikuti Nathan, ia melihat gerak gerik mencurigakan dari Aksa.

Benar saja, sebuah pistol dikeluarkan secara diam-diam oleh Aksa. Kaina yang tau pistol itu akan di arahkan kepada Nathan langsung berusaha mencegahnya.

“ayo..Na? Lo ngapain?!” ucap Nathan yang terkejut melihat Kaina malah memeluk Aksa di hadapannya.

“Aksa, jangan” bisik Kaina sembari berusaha meraih pistol yang ada digenggaman Aksa.

“Na..” panggil Nathan kembali karena posisi Kaina yang memeluk Aksa membelakangi Nathan.

Kemudian Kaina melepaskan pelukannya pada Aksa dan menatap Nathan yang berada dibelakangnya.

“Nathan maaf”

“maaf? Apa maksud lo”

Kaina justru menggenggam tangan Aksa dan tubuh Aksa ia sembunyikan dibelakang tubuhnya.

“aku gabisa ikut kamu”

“lo diancam apa lagi sama orang brengsek ini Na?”

“nggak Nat, ini keputusanku”

“Na.. gue berusaha buat bebasin lo dari orang brengsek ini dan lo malah pertahanin dia?”

“maaf..”

“Na, ada yang ga beres sama pikiran lo”

“nggak Nat, harusnya aku bicarain hal ini dari dulu”

“Na gue di sini buat ngelindungin lo dan lo malah milih dia?”

“maaf..”

“gue ga butuh kata maaf. Gue kecewa sama lo” final Nathan dan pergi meninggalkan Kaina dan Aksa.

Sepeninggal Nathan, Kaina yang kakinya merasa lemas jatuh begitu saja sembari memegangi pistol yang tadi dibawa oleh Aksa. Ternyata pistol terebut tidak memiliki peluru di dalamnya.

Aksa, sudah menipunya.

“terimakasih, sudah mengusirnya” ucap Aksa yang ikut bersimpuh dihadapan Kaina sembari membelai rambut Kaina.

“bagus, kamu memang harus memutuskan hubungan dengannya” lanjut Aksa.

“tapi dia keluargaku”

“shttt” Aksa menempelkan jari telunjuknya di bibir Kaina memintanya untuk tidak melanjutkan perkataannya.

“dia hanya akan menjadi penghalang” ucap Aksa dingin.


Nathan sempat beberapa kali melamun saat merapikan barangnya yang ada di apartemen Kaina.

“tatapan lo bukan kayak lagi minta pertolongan Na”

“tatapan itu bukan kayak lo yang biasanya”

“kenapa ga bilang ke gue”

Nathan merasa ada yang janggal dengan tatapan yang Kaina berikan tadi. Kaina seakan bicara melalui tatapannya, bahwa ia ingin berada di dekat Aksa.

“apa lo udah mulai naruh perhatian ke dia?”