Berkunjung ke tetangga
by tulisanbucin
Sudah 3 hari sejak Kaina tinggal sendiri di apartemen barunya dan ia merasa nyaman. Berbeda saat masih tinggal bersama paman dan bibi, ia selalu memarahi Kaina. Hampir setiap hari selalu saja, ada kesalahan sepele yang ditunjukkan untuk Kaina. Mulai dari telat mengangkat jemuran karena Kaina terlambat pulang sekolah hingga salah memasukkan baju sepupunya kedalam lemari.
Disini ia merasa nyaman meskipun hanya sendirian. Kaina juga sudah mulai bersekolah, di sekolahan yang sama dengan Juan. Kaina yang pekerja keras juga mendaftarkan diri dibeberapa pekerjaan part time. Namun untuk hari ini, ia sedang kosong.
“apa aku perlu mengunjungi tetangga depanku itu ya? Aku merasa tidak enak karena kemaren terlalu banyak bicara padanya, mungkin waktu itu ia sedang lelah” gumamnya di sepanjang jalan.
Sebelum sampai apartemen Kaina melewati sebuah minimarket.
“sepertinya aku harus membeli beberapa camilan untuk buah tangan, okay sekalian belanja bulanan” gadis itu memang sangat bersemangat jika berbelanja di minimarket.
Kaina dengan semangat memilih beberapa camilan yang ia suka untuk dibawa berkunjung.
Setelah sampai didepan apartemen nomor 6 Kaina merasa takut, takut jika kehadirannya membuat penghuni tersebut merasa tidak nyaman kembali.
Cklek..
Belum sempat Kaina menekan bel, pintu apartemen sudah terbuka. Menampilkan sosok laki laki yang akan ia temui. Namun sepertinya ia akan pergi dengan pakaian rapi itu.
“hai... eh maaf, kakak mau pergi ya” sapa Kaina meskipun canggung ia tetap terlihat ramah.
Meskipun laki laki tersebut nampak dingin saat menatapnya, ia tetap membalas pertanyaan Kaina dengan anggukan.
“maaf kak, perkenalkan nama saya Kaina penghuni nomor 7” sapa Kaina.
“penghuni baru?” tanyanya.
“iya, tapi sebelumnya kita pernah bertemu di lift 3 hari yang lalu”
“bertemu denganku?”
“iya, apa kakak lupa?”
Namun, laki laki itu malah nampak kebingungan dengan penjelasan yang diberikan oleh Kaina.
“maaf saya tidak ingat atau mungkin saya sedang tidak fokus waktu itu” laki laki itu segera menjelaskan dan diangguki oleh Kaina.
Kaina yang merasa bahwa kedatangannya tidak tepat waktu segera berpamitan.
“aku cuma mau kasih beberapa camilan ini buat kakak, sebagai tetangga baru. Oh iya kakak mau pergi kan kalo gitu, aku pulang dulu ya” Kaina menyerahkan paperbag tersebut secara paksa dan laki laki itu juga dengan terpaksa mengambilnya.
Kaina segera berlalu pergi menuju apartemennya.
Namun tak di sangka saat akan memasukkan pin, laki laki tersebut malah membuka lebar pintunya dan menyuruh Kaina untuk masuk.
“masuklah, saya sedang tidak terburu buru” meskipun nada bicaranya masih dingin namun ia tetap berusaha menerima kehadiran Kaina.
Setelah masuk ke dalam apartemen, Kaina dibuat terkejut oleh seisi ruangan yang cukup rapi untuk ditinggali seorang laki laki. Aroma coklat tercium di seluruh penjuru ruangan, menjadikan ruangan ini berbau sangat manis.
“duduklah” perintah laki laki tersebut.
“terimakasih”
“saya ambilkan minum dulu”
“tidak usah repot kak, aku cuma mampir kok” larang Kaina.
Setelah itu laki laki tersebut ikut mendudukkan dirinya dihadapan Kaina.
“nama kakak siapa?” tanya Kaina untuk mencegah keheningan.
“Aksara, panggil saja Aksa” balas laki laki tersebut yang ternyata bernama Aksa.
“kak Aksa?”
“panggil Aksa saja”
“baik Aksa”
Kaina merasa seperti tidak sedang bertemu dengan laki laki yang sama seperti ia temui 3 hari yang lalu.
Meskipun Aksa bersikap dingin, namun ia masih mau menanggapi obrolan dari Kaina. Kaina yakin bahwa orang yang ia temui dulu berhenti didepan apartemen nomor 6 ini. Berarti memang Aksa.
“Kaina?” panggil Aksa yang melihat Kaina melamun.
“iya Aksa?”
“maaf jika mungkin saya melupakan pertemuan awal kita, tidak biasanya saya pelupa seperti ini”
“nggak papa kok, mungkin dulu kamu lagi banyak pikiran”
“karena seingat saya penghuni apartemen dilantai ini sudah berkeluarga dan berusia diatas 40tahun itu berarti yang kamu temui seharusnya memang saya”
Kaina hanya mengangguk anggukan kepalanya, menandakan ia mengerti maksud dari Aksa.
“yaudah ya Aksa aku pamit aku tadi belum masak”
“iya, terimakasih juga camilannya, akan saya makan nanti”
“harus”
Kaina tersenyum meskipun tidak mendapat balasan ekspresi apapun dari lawan bicaranya. Aksa masih dengan tatapan dinginnya.